Senin, 06 Desember 2010

Cerpen - my life story (part-1)


My life story

Betapa indahnya bila aku menjadi suci kembali bagiakan burung merpati putih yang tinggi diawan, tak ada kesedihan di dada, tak ada dendam di hati, tak ada permusuhan dalam hidup, tak ada air mata kesedihan yang memilu, tak ada kata-kata perpisahan, tak ada cinta yang harus aku tangisi, tak ada perasaan benci dalam benak, dan tak ada perasaan egois terukir. Tapi, mimpi tinggal lah mimpi, bagaikan awan yang tak akan mungkin dapat tergapai oleh jari-jemariku.
Kali ini aku melangkahkan kakiku kembali dengan sejuta rasa kebimbangan didalam hati. Malam semakin larut, Bintang tak kulihat diatas langit dan Rembulan menyembunyikan kilauan sinarnya yang indah. Yang ku tahu, sisa tetesan air hujan masih mentes disetiap ujung ujung daun dan pepohonan menandakan bahwa tadi hujan lebat telah menguyur mereka. Aku terus berjalan, tak tau apa yang harus aku fikirkan karna mungkin saat ini fikiranku sudah tidak berfungsi hingga aku malas untuk berfikir. Cuaca  semakin dingin, Arloji di lengan masih menunjukan pukul sepuluh malam. lampu – lampu jalan yang berdiri di pinggiran jalan kota menemani setiap inci langkah ku yang tak tau harus kemana aku melangkah. Mobil mobil dan kendaraan lain masih berlalu lalang di malam yang dingin ini. Aku berhenti di sebuah tortoar jalan dan aku duduk di pinggirnya dengan melamunkan semua yang terjadi begitu cepat dalam hidup ku.
“udah aku bosan kaya gini! lebih baik kita cerai !”, ucap seorang  suami pada istrinya.
“baik, aku tunggu kamu di pengadilan agama secepatnya !”, balas sang istri dengan penuh emosi, mereka terus memuncak dan memanas, aku hanya diam dengan isak tangis diantara mereka. Sesekali aku hanya memandang pilu penuh haru kearah bunda yang telah berlinang air mata. Entah apa yang mendorong mereka untuk bercerai, dulu aku benar-benar polos dan tak mengerti apa-apa.
        Waktu itu aku masih berusia 4 tahun, aku terpaksa hidup tanpa sosok seorang ayah, ya tentu saja. Dulu, orang yang paling dekat denganku adalah bunda dan usiaku pun masih 4 tahun , jadi hak asuhku jatuh kepada bunda. Hari demi hari aku beserta bunda dan kedua orang saudara lelakiku hidup sebatang kara, tak ada yang peduli, kasihan, atau pun terharu.
        Tetapi, siapa sangka, setelah kepergian ayah yang kini telah mempersunting seorang wanita lain, bunda tak kunjung ingin mencari pengganti ayah, ia tetap bersikeras untuk fokus terhadap aku dan kedua orang saudaraku. Sungguh wanita mulia.
        Kini terhitung sudah usiaku yang menginjak 13 tahun, berarti sudah lebih kurang 9 tahun dari perpisahan ayah dan bunda, bunda mulai tertarik untuk memiliki seorang pendamping hidup yang baru untuknya, tetapi aku jelas-jelas menentang keinginnanya itu, sampai-sampai aku mengancam pada bunda jika ia menikah dengan lelaki itu, aku akan pergi dari rumah. Setiap malam aku mendengar isak tangis darinya, isak tangis yang membuat hatiku bergetar, tetapi egoku benar-benar tak ingin mempunyai ayah yang baru, aku tak ingin kasih sayang bunda berubah padaku karena harus terbagi dengan lelaki itu. Aku memang keji tak berperasaan.
        Duduk di kelas 2 SMP terfaporit di daerahku tidaklah membutuhkan biaya yang sedikit, belum lagi kakak dan adikku yang juga bersekolah di sekolah swasta terbaik. Soal pendidikan, bunda memang menginginkan yang terbaik untuk kami, walapun keadaan ekonomi terkadang membuatnya harus banting tulang.
        Sebelum mentari terbit, ia telah terjaga dari tidur lelapnya, ia mengecup kedua kaki mungil kami, membisikkan do’a ditelinga kami, dan menyuruh kami untuk bangun dengan sangat lebut, kemudian kami disodorkan dengan beraneka macam hidangan yang mewah, hasil kerja kerasnya seharian. Susu dan ayam, tak pernah tak tersedia. Semuanya ia berikan pada kami agar kami sehat, agar kami kuat, agar kami dapat bertenaga di sekolah nanti. Tetapi, apa yang ia makan ? tak sedikit pun nasi dan susu ia kunyam, hanya segelas air putih, “bunda tak lapar, nak. Makanlah.. jangan risaukan bunda.” Itu ujarnya setiap aku bertanya mengapa bunda tidak makan. Itu semua untuk kami, kami, dan kami, anak-anaknya.
        Kini bunda telah rapuh, penyakit mulai menghampirinya secara perlahan. Setiap hari ia habiskan diluar rumah, berusaha mengaisi pekerjaan ditengah-tengah jadwalnya yang padat, berusaha mengais rezeki untuk kami bersekolah esok. Aku tak menyangka, ditengah penderitaannya untuk menjadi seorang single parent, kini ia harus menderita karena dokter telah memfonis kanker serviks.


NB : ok, readers bagaimana kelanjutan kisahnya ? karena penulis menuliskan cerita ini menjadi 2 part, yang dimana "aku" harus menerima kenyataan bahwa bundanya difonis tidak akan dapat pulih selain operasi yang beresika, so don't miss it ! hehehhe keep on posting guys ! ^^ 

Jumat, 26 November 2010

Cerpen - Pahlawan tanpa lencana

Pahlawan tanpa lencana

(Note : cerpen ini buat meramaikan semarak hari PGRI ke-65 & rencananya akan dimuat di VOS SMP Negeri 4 Bandar Lampung) . ok, guys keep on posting ! 

        “kriiiiiiing… kriiiiiiing” jam beker yang tepat berada disampingku terus berdering kencang. Seolah-olah memaksaku untuk beranjak dari bunga tidur yang nyaman ini. Dengan rasa gundah akan kemalasan, perlahan kubuka mataku, ” ha ? berapa rius dah ini jam 7 ? Omg !”.
        Aku bergegas turun dari tempat tidurku, segera kupakai seragam sekolah putih biruku yang terlihat kumal karena tidak sempat ku gosok, aku pun tak menghiraukan apakah aku sudah mandi atau belum. Buku-buku pelajaranku masih berserakan dimeja belajar, kumasukkan dua buah buku tulis tipis tanpa memperhatikan judul yang tertera disampul depannya.
        Aku segera berlari menuju sekolah yang jaraknya tidak terlaru jauh dari rumahku, ”terlambat lagi, nak ?” sindir ibu Elly ketika aku mengetuk pintu kelasku, kebetulan hari ini ada pelajaran Ibu Elly, guru bidang studi matematika, yang dimana aku sangat membencinya. Aku menatapnya dengan penuh rasa menantang, tanpa ku perdulikan, aku langsung melajukan langkah kakiku memasuki ruang kelas, menuju tempat dudukku. Bu Elly hanya menggeleng pelan seraya mengelus lembut dadanya.
        Sebenarnya, terlambat sekolah adalah kebiasaan rutinku setiap hati, tapi anehnya, setaiap kali bu Elly menjadi guru piket atau sedang mengisi jam pelajaran dikelasku, ia tak pernah marah sedikit pun, yang ia lakukan hanya menegurku dengan lembut menanggapi sikapku. Senyuman manis dan menawan pun tak pernah luput dari wajah manisnya yang terbalut anggun oleh kerudung cantik dikepalanya.
        Jujur saja, sebenarnya bu Elly adalah guru yang dapat dikatakan kemampuan ekonomi keluarganya mendekati kata kurang mampu, namun tanpa rasa lelah setiap pagi dengan hanya bermodalkan semangat pahlawan yang membara ia harus mengayuh sepeda ontel tuanya, sedangkan jarak antara rumah beliau ke sekolah berkisar sekitar 9 KM.
        Entah mengapa aku justru merasa jengah dengan sikapnya yang sok baik itu, tambah lagi bidang pelajaran yang ia pegang, benar-benar aku benci. ”eh, Tha, kekantin yok ? gw boring abis sama nih guru !” ajakku pada Thata, teman sebangkuku. ”he ? gw takut La. Izinnya gimana pula ? gw sih mau-mau aja, asal teraktir y ? hahaha”. ”alah, gampang bu Elly kan ga bisa marah, ada juga kalo dia marah, idungnya langsung megar-megar sama muka langsung merah gitu hahahaha.. bilang aja kita mau ke kamar kecil, bereskan ?”. ”yaudah deh, gw ikut lo aja, La”, jawab Thata setuju.
        Kami berdua pun langsung meminta izin pada bu Elly dan tentu saja kami diperbolehkan olehnya, ”dasar guru aneh ! wkwk” gumamku dalam hati. Selama pelajaran bu Elly berlangsung, aku dan Thata pergi ke kantin, tetapi uniknya, bu Emmy tidak mencari bahkan memarahi kami berdua, benar-benar guru yang aneh !.
***
        Kejadian serupa sering kali terjadi saat pelajaran bu Elly berlangsung. Bu elly hanya diam, diam, dan diam, sesekali ia pun hanya tersenyum menanggapi kami, tak sedikit pun amarah memuncak darinya, tak sedikit pun cemoohan pedas keluar dari bibir lembutnya, dan tak sedikit pun dendam tersimpan dalam benak kasihnya yang suci. Hanya teguran halus yang ia berikan.
        Pagi ini, aku sengaja berangkat sekolah lebih awal dari biasanya, karena ada PR yang belum aku kerjakan, maka dari itu, jika aku ingin mencontek pekerjaan temanku, aku harus datang lebih awal.
        Perjalanan kesekolah pun ku awali dengan rasa senang, saku baju ku terlihat sangat penuh dan berisi, maklum aku baru saja mengambil uang tabungan belanja ibu didompetnya, lumayan, untuk meneraktir teman, lagian ibu masih bisa meminta kembali pada ayah.
        ”senengnya gw hari ini, udah kantong tebel, ga perlu mikir buat ngerjain PR, dan ga ada pelajaran bu Elly ! hyahahaaha..” sorakku dalam hati sepanjang perjalan menuju sekolah.
        ”striiiiiiit.....tiiiiiin.....tiiiiiiiiiin...” tiba-tiba sebuah motor melaju dengan kencangnya ke arahku, aku terkejut hingga tak tahu lagi harus berbuat apa ?! Hingga motor itu menyerempet tubuhku, hingga aku terjatuh tak berdaya. Jantungku berdebar kencang, tubuhku serasa lemas sekali, pengelihatan ku pun samar-samar, sampai aku tak tahu bagaimana diriku. Tak ada seorang pun yang menolongku, jalanan pun masih sangat sepi karena ini masih terlalu pagi.
        Aku pun hanya dapat pasrah, mencoba berdoa agar seseorang menolongku yang tengah bersimbah darah, rasanya aku tak sanggup lagi untuk tetap tersadar, tetapi tiba-tiba sepasang tangan yang lembut, mengangkat tubuhku, aku tak tahu siapa itu, pandanganku benar-benar buram, itulah hal terakhir yang aku ingat sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.
***
        Selang waktu tak beberapa lama, aku tersadar ketika aku tengah terbaring di sebuah balai kesehatan. Sebuah wanita yang wajahnya sungguh tak asing lagi bagiku, perlahan mengampiri tubuhku yang masih terbaring lemas tak berdaya, ia mengusap keningku, lalu bertanya pelan, ”masih sakit, nak ?”, aku menggeleng pelan, Bu Elly ? ya, Tuhan... Sungguh jauh dari perkiraanku, ternyata seorang guru yang tak pernah ku beri rasa hormat sedikit pun, telah menyelamatkan nyawaku dari kejadian maut tersebut.
        Ia sama sekali tak memandang kesalahanku yang begitu besar padanya, ia tak menaruh dengki sedikit pun pada anak didiknya ini. ”lain kali hati-hati kalau jalan, La. Untung tadi ibu lewat situ, kalo enggak ibu gatau apa yang bakal terjadi”. Lanjut bu Elly. ”maafin Lala bu... selama ini saya banyak salah sama ibu.. maka’..”,belum sempat aku berterimakasih, bu Elly memotong perkataanku. ”stttttt...jangan banyak bicara dulu, ibu ga dendem sama sekali sama sikap kamu yang kurang baik itu, La. Semuanya udah ibu maafin, memang sudah kewajiban seorang guru untuk menolong dan menasihati anak didiknya, karena itulah lencana bagi seorang guru.
        Ya,Tuhan, bahkan bu Elly tidak berkata bahwa aku adalah anak yang ”nakal”, ia hanya berkata aku anak yang kurang baik. Entah apa isi hatiku sampai muncul rasa benci yang membara di benak ini kepadanya.
***
12 tahun kemudian...

        Dipagi yang buta ini, kulajukan mobil menuju tempat kerjaku. Kini, aku bukanlah seorang anak SMP lagi, aku telah berhasil menjadi seorang pengusaha kain batik yang sukses, butik dan pertokoanku telah tersebar sampai ke luar negri.
        Dari balik kaca mobil sedan mewahku, kulihat seorang wanita separuh baya tengah mengayuh sepeda tuanya, tubuhnya terlihat rapuh dengan paduan baju lusuhnya.  Kuhentikan laju mobilku, lalu aku turun menghampirinya. Ia terlihat sedikit kaget dan tak mengenaliku. Aku serentak mencium tangannya yang telah keriput itu. Air mata membanjiri pelipis mataku, wanita itu bu Elly.
        Ia memandagku sayu, ”bu.. ini aku.. Lala, anak didikmu yang sering membuat hatimu gundah, berkat ibu, saya telah menjadi orang yang berhasil seperti ini bu.. mungkin saya tak mungkin seperti ini, jika dulu tidak ada ibu. Terima kasih bu”. Bisikku sambil memeluknya. Bu Elly hanya diam, air matanya ikut berlinang. Kami berbincang sebentar lalu aku pergi menginggalkannya kekantorku.
        Sungguh tak kusangka, sampai aku menjadi orang yang berhasil, ia tak segan-segan untuk mengayuhkan sepeda tuanya yang rapuh dimakan usia, sementara ia melihat anak didiknya yang kini mengendarai mobil mewah mendahului dirinya. Mungkin aku hanyalah seongok daging yang tak berguna, bila tanpa kehadirannya. Ya Tuhan, lindungi, berkhi, dan jagala pahlawanku inim pahlawan yang telah memberikan aku ilmu yang berguna, pahlawan yang tak mengharapkan imbalan akan jasanya yang besar.
        Selamat hari guru, guruku tercinta.. selamat atas jasamu yang terus dikenang banyak orang, terima kasih ku tak akan mungkin dapat mengimbangi pengorbananmu.. pengorbanan muliamu.. pengorbanan sebagai pahlawan tanpa lencana.. selamat hari guru, pahlawanku, teruslah menjadi pahlawan pemerang kebodohan.
        

Sabtu, 20 November 2010

Aku anak Itik buruk rupa


Aku anak itik buruk rupa


        Kalian tak akan pernah tahu. Tak akan pernah. Mungkin, aku dapat terus memendam semua perasaanku dalam memori hatiku. Hati kecil ku. Tapi, andai kalain semua tahu, hati ini tak akan mungkin menampung sejuta perasaan yang harus aku paksakan simpan didalamnya.
        Tak semudah membalikan telapak tangan, untuk dapat memperlihatkan senyum manisku yang seolah-olah merekah dari dalam hatiku, padahal semuanya semu. Hatiku menangis, tapi parasku tersenyum tersipu.
        Aku selalu mencoba untuk menjadi apa yang kalian semua inginkan, kalin menuntutku untuk menjadi diri kalian, bukan diriku. Kalian mau aku mengabulkan semua harapan kalian, tapi kalian tidak memperhatikan apa keinginanku sekali pun. Apa kalian sadar ?
        Aku bosan menulis cerita-cerita kesedihanku, aku lelah menjadi menjadi boneka semu kalian, aku kesal degan semua caci maki yang kalian berikan, aku marah dengan semua yang tak mengerti aku. TAPI APA DAYA KU ? aku hanya diam, diam, dan diam.
        Ibu, aku tahu engkau sayang padaku, engkau tulus padaku, engkau selalu ingin menjadikan aku sebagai yang terbaik bagimu, segalanya bagimu, segala yang engkau inginkan. Engkau berusaha memperhatikanku, engkau memberikan segudang jadwal untukku agar aku belajar terus menerus dan menjadi anak yang cerdas. 1 minggu tanpa henti, sejak mata hari terbit, hingga larut menjelang malam, kau buat aku bak boneka malang yang tak berdaya diambang pelajaran.
Engkau melarangku untuk menjadi diriku sendiri, egkau ingin aku menjadi seorang dokter, tapi itu bukan anganku. Aku ingin menjadi diriku sendiri, aku ingin bebas menikmati masa depanku, aku ingin bebas ibu. Karena ”Bebas itu Indah” Dan kebebasan yang aku inginkan bukanlah ”menjadi boneka semu bagi semua”.
        Ayah, mungkin tak ada yang perlu aku katakan untukmu. Dirimu tak dapat terlukis oleh ungkapan permainan jemariku. Engkau lah inspirasiku, engkau lah suryaku, engkau lah hidupku, engkau lah bagian jiwaku. Tapi ayah, apa engkau tahu, apa hobi ku ? apa makanan kesukaanku ? apa cita-citaku ? berapa umurku ? tanggal berapa aku lahir ? bahkan engkau LUPA dengan hari kelahiranku, ayah. Engkau melupakannya, semua yang ada dalam pikiranmu hanyalah pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan. Dimana letak posisi ku dalam hatiku ? masih adakah ruang untukku ? yah, aku hanya ingin perhatian darimu dan bukan lah materi yang engkau limpahkan seutuhnya. Karena materi bukanlah pengobat hati yang luka.
        Kakak dan adikku, aku hanya ingin kalian tahu. AKU MENCINTAI KALIAN dan aku tak pernah sedikit pun membenci kalian.
        Sahabatku dan teman-temanku, kalian mungkin merasa kesal dengan sifatku, mungkin aku egois, aku sensitif, aku emosional, aku judes, aku yang selalu merasa paling hebat, paling pintar, dan paling segala-galanya. aku ingin kalian tahu, aku ingin kalian mengerti sedikit saja tentang diriku. Aku memang tak ”Cantik” seperti kalian, tapi seburuk-buruknya anak itik, ia masih memiliki hati. Aku memang tak sesempurna kalian, tapi seburuk-buruknya kain, toh, kalian juga terkadang membutuhkannya. Aku haya ingin itu dari kalian, tolong jangan rendahkan kemampuanku, pendapatku, dan opiniku, karena belum tentu kalian BENAR.
        Semua isi hatiku telah aku tuangkan seutuhnya, aku tak peduli jika kalian marah, kesal, tau pun tersinggung dengan tulisanku, karena sekesal-kesalnya kalian, masih ada aku yang lebih merasakan kekesalan.
        Hmmm.. apa kalian tahu ada yang aku sebunyikan dari wajah ceriaku setiap hari, dari tawaku yang terkekeh, dari kuatnya fisiku, dan dari pandangan kalian padaku ?. aku yakin tak ada seorang pun yang tahu. Karena sesungguhnya aku menyimpan suatu rahasia besar yang tak pernah kalian sangka. ini bukan tentang perasaan, ini bukan tentang rencana, dan ini bukan tentang tulisanku, tetapi ini adalah hal besar yang kelak kalian sendiri akan mengetahuinnya. Tapi, apapun itu, aku hanya ingin kalian mengeti walau sendikit saja apa isi hati kecilku yang sering menangis sepi, walau tanpa sebab. Aku ingin kalian selalu mengenangku sampai kapanpun dan jangan pernah bertanya apa hal yang sengaja aku pendam jauh-jauh, bahkan orang tua ku pun tak mengetahui hal itu, karena kelak semua nya akan tahu apa maksudku.
        Semoga dimalam ini,  dan malam-malam berikutnya, aku masih dapat merasakan kebebasan dari semua.  

Selasa, 09 November 2010

Dustamu Bunda

Dustamu Bunda

Bunda…
Baru kufahami makna dustamu pada kami.
Ketika di meja tengah ruangan rumah, Bunda sudah siapkan nasi di piring-piring untuk kami, Bunda pindahkan separo takaran milik Bunda pada kami…
Bunda berdusta … “Ini bunda tambahkan untuk mu, makanlah nak…, separo sudah sangat cukup untuk perut Bunda, karena ini hari Bunda tidak begitu lapar”
Ketika ikan dari pancingan, Bunda masakkan untuk kami, tapi Bunda hanya makan yang menempel di di antara durinya sementara daging-dagingnya untuk kami.
Bunda berdusta… “Makanlah nak… Bunda lebih suka bagian duri, lebih enak”
Ketika makan satu telor dadar yang diiris-iris dan di bagi untuk kami, piring Bunda sengaja tidak diisi… “mana telor untuk Bunda?”
Bunda berdusta… “Makanlah dulu nak, nanti Bunda masak lagi”
Bunda …
Baru kufahami makna dustamu pada kami.
Ketika dalam kesulitan, sementara kami harus sekolah…
Malam itu kami terbangun dan melihat Bunda masih sibuk dengan banyak jahitan, sampai larut Bunda masih bekerja agar besok bias membayar sekolah dan kami tetap sekolah…
Bunda berdusta… “tidurlah lagi nak, ini masih malam dan besok tersenyumlah saat berangkat sekolah. Bunda tidak capek kok, ini hiburan bagi Bunda”
Ketika tubuh Bunda lemah dan terbaring sakit, Bunda tersenyum kepada kami dengan menahan rasa sakit yang teramat sangat, kami tak kuat menahan air mata kami…
Bunda berdusta… “ jangan menangis nak, coba lihat senyum Bunda, nggak ada apa-apa kan “
Bunda…
Baru kufahami makna dustamu pada kami
Begitu ingat dalam benak kami…
Ketika kami menginjak dewasa, betapa Bunda ingin memeluk kami, membisikkan petuah-petuah kepada kami, mendekap dan melantunkan doa-doa untuk kami, tapi kami malah lari dan mengunci kamar-kamar kami rapat-rapat, dan teriak… “kami sudah tidak kecil lagi”
Ketika kami harus segera membangun keluarga, betapa Bunda ingin mengajarkan bagaimana menjadi suami istri, mengajak diskusi bagaimana keluarga seharusnya berdiri. Tapi kami berargumen… “Ini hak kami, tolong Bunda jangan campuri”
Ketika Bunda mengajari bagaimana merawat bayi… tapi kata kami “Maaf Bunda ini jaman sudah berubah, tidak seperti dulu lagi”
Ketika Bunda memendam rindu ingin bertemu kami, tapi jawab kami “Maaf Bunda kami sibuk dengan urusan pekerjaan dan keluarga kami…. Datanglah lain kali”
Sampai… ketika usia Bunda sudah lanjut dan perlu perawatan kami… kami begitu tega mengatakan “Janganlah tinggal di rumah kami, nanti akan pengaruh negative untuk anak-anak kami”

Bunda…
Baru kufahami makna dustamu pada kami.
Setelah Bunda harus menghadapi illahi rabbi…

RABBIGHFIRLI WALIWALIDAYYA WARHAMHUMA KAMA RABBAYANI SHOGHIRO
Ya Alloh ampunilah mereka… cintailah, kasihilah, sayangilah mereka sebagaimana mereka teramat sayang dan cinta kepada kami. Ampunilah segala dosa kami yang senantiasa durhaka kepada kedua orang tua kami…
….

sumber :  http://sekolahalamarridho.wordpress.com/2008/05/25/dustamu-bunda/
NB       : sengaja saya copast sebagai pelajaran untuk semua

Sabtu, 16 Oktober 2010

Cerpen - Darah persahabatan

Darah Persahabatan

Mulutmu mengecap kata persahabatan padaku. apa maksudmu berucap sedemikian, kalau pada akhirnya perpisahan tengah terpampang dihadapan kita. Apa inginmu dari kata-kata penuh serat makna tersebut ?
        aku dan engkau, mungkin terikat dalam suatu hubungan yang indah, yang penuh kasih, yang maha kuat dan yang saling mengisi. mungkin terlalu sempurna untuk dituliskan. Persahabatan yang kekal, mungkin itulah yang dapat aku ucapkan untukmu.
        Aku tertawa bahagai saat kau senang, dan aku menangis pilu disaat kau sedih. Aku merasa kau adalah sahabat terbaikku, untuk selamanya. Selamanya sampai akhir waktu.
        Tetapi, mana janjimu, janji yang engkau ucapkan padaku ? janji dimana engkau mengatakan bahwa tidak ada satupun hal yang bisa memisahkan kita selain Tuhan. Andai engkau tahu, bukan air mata yang mengalir dari lubuk hatiku, namun air mata bening itu, telah berubah menjadi darah.
        Bisa kau bayangkan, seberapa besar kepedihan hatiku ? apa kau puas melihatku seperti ini ? apa kau sadar dengan semua ini ? mengapa dengan sebuah alasan yang tak cukup kuat, engkau rela meninggalkan aku sendiri tanpa siapapun didunia yang kelam ini, hanya karena engkau ingin menyusul kepergian orang tuamu dengan cara yang mengenasakan.
        Enggkau adalah lentera dalam kehidupan ini, engkau adalah musik pengisi jiwa dalam kesepian, dan engkau adalah alunan embun pagi yang menyejukkan pikirku. Apa engkau tahu, dahsyatnya sakit yang menujah benak ini saat engkau pergi menjauh dariku untuk selamanya. Sakit, sakit sekali. Sungguh.
        Dan semua berawal pada siang itu. Ya siang itu, saat dimana aku dan Dini dengan asyik berbincang ditaman, ia mengenakan sebuah mahkota yang ia buat dari serat jerami dan bunga-bunga kecil dikepalaku, tak teralu indah, namun memiliki makna tersirat yang besar.
        Saat itu pula ia menyampaikan keunak-punakkan hatinya padaku, ”Rini, aku pengen cepet-cepet ketemu Bunda disurga..”. ”maksud kamu apa sih, Din ?”, tanyaku penuh heran. ”kamu tau sendiri, dari kecil aku Cuma punya Bunda, Ayahku udah meninggal jauh sebelum aku lahir”, jelasnya. Untuk beberapa saat ia terdiam. Terlihat butit-butir air mata mulai mengalir  deras membasahi pipinya. Wajah putihnya itu, kini menjadi merah membara.
        Aku menatap kedua bola matanya, kuusap air mata Dini, lalu ku dekap lembut ia didadaku. ”Din, kamu harus kuat, aku bakal rela nemenin kamu sampek kapanpun, kita sahabat Din, aku akan selalu berbagi cinta dan kasih buat kamu, karena Cuma kamu sahabat aku yang terbaik. Kamu ga boleh ngomong kaya tadi, sekarang kamu dengerin detak jantung aku, biar kamu lebih tenang”, rayuku.
        Dini hanya diam dalam dekap hangatku, aku memandangi matanya, begitu kosong, bibirnya terlihat kering, sedangkan matanya masih terlihat sembab. Ia seperti orang tak tak lagi memiliki semangat, entah mengapa, secara tiba-tiba ia teringat akan Bundanya, yang meninggal sekitar 3 bulan yang lalu. Mungkin karena ibunda dari Dini tidak meninggal secara wajar, ia dibunuh, dan sampai sekarang pun kasus itu belum terungkap.
        Aku tak tahu apa isi pikiran Dini saat itu, ia mencoba melepaskan dekapanku dengan lembut, lalu memandang nanar mataku sesaat dan berlari menjauh dariku, entah kemana.
        Aku hanya membiarkan ia berlari menjauh dariku, mungkin ia ingin sendiri saat ini. Tetapi, keesokan harinya, apa yang aku temukan didalam rumah dini adalah ruangan yang bersimbah darah dengan seonggok perempuan cilik, yang tengah tak berdaya. Ia lah Dini, sahabatku.
Tetapi semua angan tengah terhapus oleh cairan kental ini, Darah. Semua berlumuran darah. Semuanya bersimbahan dihadapan mata kaki yang tegap ini. Mataku hanya tersorot tajam menatapnya, pandanganku penampakan kekosongan yang membingungkan. Semua berlumur merah. Tak luput satu barangpun terhelau. Aku menunduk ragu, langkah kakiku tak menentu melewati lautan merah ini, menapakkan jejak jelas dikaki.
Aku bersungkur diatas lumuran cair itu, ku renggangkan jari-jemariku, ku sentuh perlahan, namun menyakitkan. Pikiranku bungkam, entah apa isi otakku saat ini, aku tak menangis, aku tak tertawa, aku pun tak menjerit, aku hanya diam memandangnya.
Baru kali pertama aku menjumpai hal seperti ini. Yang pertama kali dalam hidup. Terlintas dihadapan, sesosok perempuan cilik yang tengah terbujur kaku disudut pojok ruangan. Ku pandangi perlahan, tangannya terus menjadi sumber mata air cairan merah yang kental itu, badannya terlentang dilantai, kakinya terlihat kaku, mengenaskan sekali.
Entah, tapi mungkin air mata ini hilang diserap mata hatiku. Tulang air mataku tak bergetar sama sekali, wajahku menampakkan kebungkaman, tapi hatiku menjerit.
        Ada rasa ingin mencampakkan muka, namun tangan ini tak berdaya. Terlumur darah yang melekat tak terkendali. Mungkinkah aku tak menangis ?
        Segerombolan orang menghampiriku, mencoba mengangkatku, namun aku tetap bersikeras diam ditempat. Mataku tak berkedip sama sekali, sakit yang menujah hati tak dapat diukur lagi, naas, air bening itu mengalir seketika dipipi.
        Apa maksud tersirat dari semua ini ? dosa kah aku jika ingin bahagaia ? apa salah aku ingin mendapatkan kasih sayang dan cinta dari sehabat terbaikku ? Tuhan, dosakah aku ? jika mungkin, saat ini juga, aku ingin menyusulnya, karena ia adalah bagian pengisi jiwaku.
        Rasanya baru kemarin ia memluk erat tubuhku, namun kini ia hanya tergeletak dilantai itu, ia menjadi kaku, ia pucat, dan ia tak bergerak sama sekali, bola matanya menjuru keatas, mencampakkan pemandangang yang menyedihkan.

Kamis, 07 Oktober 2010

Cerpen - ketika hujan menghapus debu

Ketika hujan menghapus debu

Perempuan itu berdiri tegap dibalik tebalnya embun dipagi buta ini. Aku hanya memandanginya dengan pandangan nanar. Tak luput sedikit pun aku menoleh. Air mata pun mulai menggenang dibola mataku. Hatiku memilu seketika.
        Ia terus berjalan tak tentu arah. Menerobos tebalnya kabut dan udara dingin yang menyelimuti tubuhnya seakan-akan menusuk hingga kedalam tulang, tetapi ia sama sekali tidak memperdulikan hal tersebut. Langkah kakinya malah ia percepat, meninggalkan aku yang berdiri sendiri jauh dibelakangnya.
        Kepergiannya memang menyisakan bekas sara yang menggores hati. Tak sadar, air mata kini deras mengalir dialunan pipiku.
        Ica, itu sapaan yang biasa melekat pada dirinya. Ia adalah seorang sahabat yang berhati mulia, selembut sutra, dan seindah berlian. Sayang, Ia telah memilih jalannya untuk pergi. itu keputusannya.
        Aku tersungkur ditanah. Jujur, aku tak sanggup bila tanpa kehadiran sesosok sahabat terbaikku. Entah mengapa, lidah ini tergerak untuk berkata-kata, ”icaa.. !!!” aku menjerit diiringi tangis kehilangan.
        Ica yang telah berjalan cukup jauh, entah bagaimana, menoleh kearahku yang tersungkur. Ia menoleh, tapi tidak kembali, ia hanya diam disana. Terlihat beberapa kali ia mengusap matanya.
        Ingin kaki ini mengejarnya, namun aku tak kuat untuk melangkah lagi. Tenagaku terkuras habis oleh rasa ini. bilamana aku menjerit, aku menangis, dan aku mengejar kepergiannya, apa mungkin ia akan melakukan hal yang sama denganku. Ini adalah keputusannya, tak akan ada seorang pun yang bisa mencampurinya.
        Penyesalan, tinggal ungkap kata penuh makna dihati. Hilang sudah kini sahabat terbaikku, yang tak lain akibat ulahku sendiri. Akibat keegoisan diriku. akibat cinta. Ya, cinta yang tak terbalaskan, tetapi terhapus oleh hujan air mata.
Semua berlabuh pada lelaki itu. Ivan. Awalnya tak ada yang terlihat begitu istimewa dari penampilannya yang sederhana itu. Hanya berkemeja biru dipadukan dengan sepasang celana panjang hitam, itu lah pakaian yang ia kenakan beberapa hari yang lalu. Jika dilihat dari luar, sungguh tak akan ada satu pun hati wanita yang tergetar, namun berbeda dengan hatinya.  
Aku merasa ada sebuah rasa yang tak dapat aku tolak. Rasa yang bergejolak dihati, ketika melihat pada pandangan pertamaku. Aku kira aku memiliki rasa Cinta pada Ivan. Jelas aku malu mengungkapkan pada siapa pun, itu wajar.
Tetapi seiring berjalannya waktu, Ivan justru lebih sering berjumpa dengan aku. Terutama setelah sekolah usai, kami selalu pulang bersama. berbeda dengan Icaa, aku merasa ia tidak memiliki rasa apa pun didalam hatinya itu. ”Hanya sebatas teman” itu kata yang terucap dari bibir manisnya setiap ada yang bertanya tentang Ivan padanya.
Hari itu, hari Minggu. Aku dan Ica sengaja pergi kepantai yang jarknya tak begitu jauh dari rumah kami. Sejak kecil, kami selalu bersama. Syifa dan Ica. kedua orang tua kami telah pergi sejak kecil, namun kami bukan saudara kandung. Kami bedua, dibesarkan disebuah panti asuhan.
Aku hanya menatap ke garis cakrawala. Langit sedang membiru dengan indah. Sebentar lagi, laut akan berwarna jingga, matahari akan tenggelam. ”Sungguh pemandangan yang sangat eksotis kalau saja ditemani sepasang orang tua yang aku cintai dan mencintaiku. Tapi aku tahu kedua orang tua ku enggak pernah mencintaiku mereka rela menelantarkan aku dipanti ini. ” batinku.
Air mata ini jatuh kepasir, jujur aku tak sanggup, aku tak bisa, aku tak mampu, dan aku tak mau seperti ini. melihat paras mereka pun aku tak pernah, apa lagi kasih sayang mereka. Mengenaskan. 
Ica memandangiku sayu. Ia tersenyum simpul melihat aku menangis, ”Syifa, aku tahu kamu rindu sama orang tua kamu kan ? aku juga. Apa lagi disaat-saat matahari tenggelam seperti ini, sungguh indah memang jika ditemani orang yang kita sayangi dan menyayangi kita. Tapi sudahlah, ada aku untuk kamu. Kamu sahabat aku, aku rasa itu lebih dari menyayangi dan mencintai.” rayu Ica sembari mengusap air mataku. Ia memang sangat tegar, tidak seperti aku, cenggeng.
Aku membalas senyum manisnya. Entah perasaan apa yang mendorongku untuk memeluk dirinya. Aku memeluknya dengan sangat erat, seolah-olah tak ingin kehilangan dirinya sekali pun. Hanya Ica yang menyayangiku dan mencintaiku. Hanya ia yang peduli padaku, pada kehidupanku.
”ini ! dengarkanlah ! pasti kamu akan lebih tenang, ayo ambil, Syifa..” tiba-tiba ica menyodorkan sesuatu ditangannya. Aku menengambil benda yang ia berikan. Sebuah kerang yang indah dan cukup besar. ”makasih Ca..”. lagi-lagi ia membalasku dengan senyum anggunnya. ”sekarang coba dengerin.”. aku mulai mengikuti keinginannya. Kuletakkan kerang itu di telingaku, terdengar seperti hembusan angin pantai yang menyejukkan pikir. Susanannya sangat damai, tenang sekali.
”Syif, aku mau jujur nih..” tiba-tiba Ica memecah suasana. “Jujur apa, Ca ?” tanya ku penasaran. “tapi maaf ya sebelumnya Syif..”. perkataan Ica semakin membuat penasaran. “iya, apa ?”. “hmm.. ak..aku.. suka sama.. sama Ivan.”. aku tak dapat berkata-kata lagi. Mulutku terkunci rapat seketika, keringat dingin langsung membasahi tubuhku, air mata mengalir dengan sangat derasnya, membasahi pipiku yang memerah. 
Perasaanku bercampur padu. Getaran yang kurasa dihati sungguh menguncang emosi. Lautan dan langit hitam itu, menjadi saksi ketajaman perasaan. Ingin rasanya menjerit, tapi tak mungkin. Ica, sahabatku, orang yang aku sayang ternyata mencintai orang yang juga aku cintai, Ivan. Bayangkan, keji.
”aku tak memaksa, kamu tinggal pilih aja. Kamu pilih sahabat kamu atau Andhika, Syif ? aku ga bisa bohongin perasaanku. Aku percaya hati kecil ku berkata aku mencintai Ivan, walaupun bibir ini sering berucap aku dan dia hanya sebatas teman”. Jelasnya. ”aku ga bisa jawab Ca.. aku dihadepin sama dua pilihan berat itu ? kamu ga ngerti perasaan aku. Kamu jahat Ca ! ”. Aku memakinya dan langsung meninggalkan pantai. Aku pun sempat melempar kerang indah yang ia sempat berikan padaku tadi kearah Ica duduk.
Aku berlari sekencang mungkin, meninggalkan ica yang diam dipantai. Entah apa yang terjadi kemudian, aku sadar kembali ketika hari mulai pagi.
aku tersentak melihat sekelilingku. Biasanya dikamara ini Ica tidur bersamaku, tetapi kemana dia ?. aku berlari keluar kamar dan benar saja, Ica tengah berjalan pergi menjauh. Ia sempat menjerit dari kejauhan, ”Syif ! aku sadar, mungkin ini jalan terbaikku, biarin aku pergi, dari pada aku harus ngeliat kamu nangis. Kamu pantes sama Andhika, bukan sama aku, aku tahu itu. Maafin aku Syif !” pekiknya.
Aku berusaha mengejarnya, namun tak sampai, ia sudah terlalu jauh. Mungkinkah ini semua salahku ? salahkah aku bila memilih kekasihku, dibanding sahabat terbaikku. aku memang salah. Aku memang egois. Dan aku memang jahat.
           berlari kedalam panti, aku masuk kearah dapur, kuambil sebilah pisau. Semuanya rumit, Tetapi mungkin, pisau ditanganku ini, akan mengakhiri semuanya. Ya, semua kesalahanku. Semuanya akan berakhir ketika pisau ini menembus urat nadiku. Semuanya akan kembali normal, aku tak akan pernah menangis lagi karena cinta ataupun sahabat. Dan aku pasti akan tenang selamanya. ”a’..a’aaaaaaa ! sakiiiiiiiit !ssstt..ini demi kamu Ica. ”. Darah bersimbahan dimana-mana tetapi, aku tak peduli. Biarlah.

Selasa, 21 September 2010

Cerpen - Lentera tinta Cinta yang terakhir

Lentera tinta Cinta terakhir

        Boleh saja aku yang selalu mengalah pada Cinta, adikku. Tetapi tidak untuk yang satu ini. Toni, kekasih hatiku. Aku sudah mencintainya sejak duduk dibangku SMP hingga aku kuliah saat ini. Tak mungkin aku melepaskan dirinya dari dekapku. sungguh mustahil rasanya.
        Memang sudah tugasku untuk membahagiakan adikku dan selalu mengalah padanya, tetapi apa harus untuk yang satu ini ?. jika aku melakukannya, sama saja aku melukai diriku sendiri, kiranya lebih baik aku menanggung sara, jika harus merasakan kepahitan itu.
        Cinta, adikku semata wayang, seiring bergulirnya hari, ia terus-menerus mendesakku agar merelakan Toni untuk dirinya. Ia mengaku begitu mencintai Toni, lelaki yang telah menjadi kekasihku selama ini.
        Perdebatanpun tak jarang terjadi. Cinta selalu berusaha mencuri kesempatan dalam kesempitan pada Toni. Tambah lagi, aku jarang berada dirumah, sedangkan Toni sangat sering berkunjung kerumahku sekedar untuk bersilahturahmi. 
        Siapa yang tidak dibuat kesal oleh perlakuannya ? kurasa tidak ada seorangpun. malam itu, tepat dibawah sinar rembulan, kami berdebat keras, papa dan mama hanya bungkam melihat sikap kami. “kak ! aku cinta sama kak toni, kak. Tolong kak, kali ini aja, ikhlaskan dia untuk aku kak ! Cinta mohon kak..” terangnya berkali-kali padaku. Aku sama sekali tak menghiraukannya sama sekali.
        ”Aku hanya tak rela melihat Toni bersama Cinta, aku tetap bersikukuh pada pendirianku karena aku sungguh mencintai pria yang telah aku kenal sejak SMP ini” bisikku dalam hati. Walaupun Cinta merupakan adik kesayanganku, tetapi tetap tidak mungkin, karena perasaan itu tidak dapat dibohongi.
Tiba-tiba ditengah perdebatan keras itu, Cinta jatuh pingsan, entah apa sebabnya, tetapi aku rasa itu adalah hal yang tak perlu dikhawatirkan. Papa Tomi dan Mama yang begitu panik langsung berusaha menyadarkan Cinta, dan alhasil, ia pun kembali tersadar.
        Meski aku marah besar, Cinta tetap pada pendiriannya. Dia harus mendapatkan setiap keinginanya. Entah apa yang ada dalam diri anak yang kini duduk di kelas 3 SMU ini. Kejadian serupa terjadi berulang-ulang dan berakibat Cinta pingsan. Papa dan mama semakin bingung. Cinta akhirnya masuk rumah sakit. Sedangkan aku harus harus pergi ke Bandung untuk berkuliah.
        Tiga bulan kemudian, aku kembali dikejutkan pada sebuah kabar duka yang benar-benar membuat hatiku miris. Cinta, adik kesayanganku, meninggal dunia. Siang itu, sehabis menerima telpon dari mama, air mata tak henti-hentinya membanjiri kamarku, aku langsung menuju bandara dan kembali ke rumahku di palembang.
        Kehadiranku langsung disambut oleh air mata duka  dari papa dan mama. Aku langsung menuju kearah Cinta yang tengah terbaring tak berdaya, ku buka lembaran kain putih berwarna tipis yang menutupi wajahnya. Aku menangis histeris. Wajah yang menyampakkan kepolosan dan kesucian itu tengah pucat pasi. Tak banyak yang dapat aku lakukan, aku hanya mengecup keningnya sembari tak henti-henti melontarkan kata maaf padanya. Tapi terlambat sudah.
***
Tanpa aku ketahui, ternyata Cinta menderita kanker otak. Pada waktu itu umurnya hanya tersisa tiga bulan. Papa dan mama sangat sedih, tidak rela rasanya ditinggal oleh anak yang sangat dikasihinya. Namun mereka juga tidak mau terus terang pada ku. Mereka tidak mau mengganggu perkuliahan Ku. Terlebih lagi mereka harus tetap bersikap adil pada kedua anaknya.
Hingga tibalah pada saatnya. Cinta masuk rumah sakit. Betapa sedihnya saat anak keduanya itu mengerang kesakitan. Papa dan mama berusaha menghibur dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Namun Cinta sudah mengetahui penyakitnya dan hari itu merupakan hari terakhirnya. Betul saja, hari itu memang hari terakhir bagi Cinta, meski dua orang dokter telah berusaha.
Aku tak sempat melihat saat-saat terakhir hidup Cinta. Namun aku tak percaya kalau adikku memang sudah pergi untuk selama-lamanya. Hanya sesal dalam hati. Andai saja aku tahu kalau Cinta mengidap penyakit itu, mungkin aku akan merelakan Toni. Kini hanya ada satu yang aku pegang didepan seongok tubuh Cinta, sebuah surat dari Cinta. Surat yang ia titipkan pada mama sebelum kepergiannya. Surat terakhir, ya... surat terakhir dari Cinta.
Buat Kak Kasih
Saat kakak membaca surat ini, mungkin Cinta sudah tiada. Namun kakak tidak perlu sedih, karena masih ada mama dan papa. Cinta juga telah menginggalkan kenangan indah. Kenangan yang tidak mungkin dilupakan sepanjang hidup kakak. Canda, tawa, suka dan semua yang ada dalam diri Cinta akan menjadi obat disaat kakak merindukan Cinta.
Sebenarnya Cinta juga tidak mau perpisahan ini. Namun Tuhan berkehendak lain. Bukan karena Dia benci sama kakak, tapi karena Dia menyayangi Cinta. Dia tidak menghendaki Cinta menderita dengan menahan rasa sakit yang berkepanjangan. Cinta yakin, itulah jalan yang terbaik bagi Cinta. Karena Dia selalu memberikan yang terbaik bagi umatnya.
Kakak tidak perlu menyesal dengan semua yang telah dilakukan selama ini. Karena Cinta yakin kalau semua itu akan menjadi keinginan Cinta yang terakhir. Cinta ngerti kalau perasaan itu tidak bisa dibohongi. Cinta tahu kalau kakak sangat mencintai Kak Toni, demikian juga sebaliknya. Tak mungkin kakak akan menyerahkan Kak Toni sama Cinta.
Kakak juga tidak perlu minta maaf. Sebelum napas ini berakhir, Cinta sudah memaafkan kakak. Justru Cinta-lah yang harus minta maaf. Karena selama ini telah membuat kakak resah dengan meminta sesuatu yang tidak mungkin kakak berikan. Yang pasti kehadiran Cinta telah mengganggu hubungan kalian. Itulah kesalahan Cinta selama ini.
Kini Cinta telah pergi. Tentu tak akan ada lagi yang mengganggu hubungan kakak dengan Kak Toni. Tak akan ada lagi yang meminta Kak Toni sama kakak. Kak Toni akan menjadi milik kakak selamanya. Satu permintaan Cinta. Sayangilah Kak Toni. Karena Cinta yakin kalau Kak Toni itu orang baik. Cinta berdoa semoga cinta kakak abadi. Selamat tinggal, Kak.
Salam buat mama dan papa
Cinta

Kamis, 09 September 2010

Aku dan Bunda

Aku dan Bunda
ini foto Bunda ku sewaktu mengandung aku.
ini aku waktu umur 6 tahun 


aku, adik, dan bunda. 
aku dan kakakku.
aku dan sahabatku.


      hi readers ! Kali ini aku ga mem-posting cerpen atau fiksi-fiksi lain (fanfiction). Di malam ini, aku akan coba mengingat lagi masa-masa kecilku, yang tentunya tak terlepas dari peran bundaku tercinta, sekaligus ini adalah project untuk mencoba mengingatkan kembali akan betapa pentingnya peran seorang ibu bagi kita. Soalnya, ga sedikit anak yang ga bersyukur dengan keluarga yang nyaman penuh kehangatan, mereka banyak yang merasa kurang kurang kurang dan kurang, dan juga perlawanan dan pembentakan terhadap orang tua sudah membabi buta setiap anak didunia ini.
        Hmm.. aku juga pernah bentak bundaku, membuat dia nangis, sampai aku ga tahan ngeliatnya. Ya, mungkin di mata Allah ketika seorang anak berkata “ah” kepada orang tuanya, terutama ibu, dosanya sangat besar. Aku sadar juga, kalo diri aku ga akan luput dari yang namanya dosa. Karena aku Cuma manusia biasa, yang berlumur dosa didunia ini. 
        Mungkin artikel ini, ga penting atau ga bagus, tapi ini Cuma tulisan tentang betapa pentingnya bunda bagi kita aja. Kalo ada yang ga suka dengan tulisan aku, bisa koment atau keritik ya ! makasih sebelumnya.

***
        Coba deh, ingat waktu pertama kali kalian dilahir kan didunia ini. siapa yang membuat kalian ada didunia ? siapa yang telah mengandung kalian ? siapa yang telah melahirkan kalian ? dan siapa yang membesarkan, mendidik kalian hingga saat ini ?. saat dimana kalian bisa membaca tulisanku ini.
        Hanya ada satu kata yang perlu terucap dari bibir kalian. Bunda. Malaikat suci yang telah dikirin tuhan untuk kalian saat ini.
        Coba kalian perhatiakn foto-foto kalian dari bayi hingga saat ini !. apa yang kalian pikirkan ? pastilah tak akan lepas dari peran bunda bukan ?. 
***

       Setalah ia mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, dia harus menyusui kita sampe umur 2-3 tahun (bener ga ? hehhe), sampe disini, pengorbanan dia belum selesai, bunda masih harus memberikan nama yang terbaik untuk kita. Contohnya nama aku ya, ”Zakia Prajani”.
        Nama itu keliatan simpel, tapi makna yang terkandung luar biasa ! ”Zakia” artinya, gadis suci, pemimpin yang suci, dan gadis cantik yang berwibawa, (bukan penari gurun pasir itu ! ><). Dan ”Prajani” itu sebenernya singkatan dari ”pekan raya jakarta” dan ditambahkan akhiran ”ni”. Soalnya pas aku lahir, ayah aku lagi kerja di jakarta, maka untuk ngenangnya dikasihlah nama itu.
        Kita harus bersyukur mempunyai nama yang indah pemberian dari orang tua kita. Karena nama itu sendiri, merupakan doa untuk kita. Dan kita ga boleh ngata-ngatain nama sesama teman atau yang lainnya. setiap nama itu ga ada yang ”jelek”.
       Setelah memberi nama, ia akan membesarkan, mendidik, serta mengasuh kita agar dapat menjadi apa yang mereka harapkan. Subhanallah, bunda memang malaikat bagi kita !.
Bayangkan saja, dari kita dikandung, sampai kita udah remaja seperti saat ini, ia masih setia membimbing kita ke jalan yang lurus. 
Coba, bayangin kalo ga ada bunda disamping kita. Dengan segala celotehan, nasihat, bahkan kasih sayang nya yang tulus abadi. Kita selalu berpikir kalo bunda itu jahat, kejam, ga sayang sama kita, dan apalah. Aku sendiri ga jarang memendam rasa seperti itu ke bunda, tapi akhirnya aku nangis sendiri, dan minta maaf sama bundaku.
        Lihat deh, dari foro-foto diatas, dari aku masih dikandung, aku kecil, sampe aku udah remaja kaya gini. Dari sebelum aku mengenakan kerudung, sampe akhirnya ia menunjukkan jalan yang benar, kalo setiap perempuan itu, wajib menutup auratnya. 
       indah kan kasih sayang bunda sama kita ? setelah kalian membuka album foto masa kecil kalian, kalian pasti akan menyadarinya. 
       Banyak banget sikap yang harus kita teladani dari sikap bunda ke kita. Pasti rasanya bakal sakit banget jika bunda kita bentak dengan nada yang kasar. 
      bunda juga ngajarin kita untuk saling bersosialisai, bersahabat, berteman, dan bergaul dengan siapa saja. aku bersahabat dengan teman-temanku juga karena didikan bunda padaku. 
       Besar banget kan peran bunda dalam hidup kita ? maka dari itu, dihari yang fitri ini, mari kita meminta maaf bunda kita yang sebesar-besarnya atas segara prilaku yang telah kita lakuakn sejak kecil hingga dewasa ini.





       Ok, banyak banget kan kesimpulan yang bisa kita ambil ?. semoga tulisanku ini bisa nyentuh hati kalian. Hehehe.. jangan lupa minta maaf sama bunda kalian dan jagan sampai membuat dia menangis. Insayaallah anak yang saleh akan membantu orang tua nya diakhirat kelak. 

Kamis, 02 September 2010

Fanfiction-My heart blooming at the one i love

My heart blooming at the one I love.

Title     : my heart blooming at the one I love
Genre   : sad/romance
Author : Zakia prajani
Part      : 1/end
Cast     : - Im younri a.k.a Feriska anggrelita
- Cho-kyuhyun a.k.a his self
- Teuki a.k.a his self

Note   : I suggest, when you read this fic., please hear the song,
that named “I remember”. Hehehe I don’t think so if this           fic. Is good enough. I think this fic. Is not sad, happy, or romance. So, it’s up to you to give me your own opinion about the genre of this fic. ^^ thanks.

Im younri POV

Menanti hari-demi hari, menanggung sepi dikala sunyi, merangkai butir-butir harap hati yang masih tersisa pahit, merajut harap yang tak kembali.. apakah mungkin semua akan selalu berjalan tanpa menentu ? ataukah harapan dan mimpiku tengah melebur diantara kehidupan semu ini ?
        Aku selalu bertanya-tanya dalam hati, akan betapa berhargakah nyawa dalam raga ini. Selalu kucoba menghitung bintang di langit gelap itu. Mencoba melangkahkan kaki untuk menerjang tembok baja dihati.
        Aku selalu bersikeras merajut bianglala ini. persahabatan. Walau, hamparan waktu tak akan mungkin mengabadikannya.aku pun bersikukuh tetap menyimpan harap tentang awan yang tak mungkin terjamah oleh gemulainya jemari ini.
        10 tahun ku lalui bersamanya. Menanti ikatan yang tak pasti bersama. Mengukir jelas waktu maya di langit cerah, agar dapat terus bersama hingga nanti.
“Berkelana di dunia semu, mengumbar kata sarat makna kujumpai. Aneka warna semburatnya menyiratkan keindahan, aku tertambat di tengahnya. Kunikmati benar makna sambung rasa, walau tak terjamah rupa, namun kurasa ada pertalian kata yang terjalin amat indah. Tak peduli misteri yg menyelimuti. tak hendak aku melangkah, melewati garis persahabatan..sahabat..jabat erat. tak tersentuh, tak hendak meraba. hanya kata penyambung rasa kita.” Bagiku itulah persahabatan.
Persahabatan dengan sahabat. Tak lebih. I think There is nothing special with our relationship, we’re just a “best friend”. Aku dan dirinya telah dibesarkan bersama sejak kecil, tetapi selama 10 tahun itu pula dirinya selalu membuat diriku terkagum penuh haru . dengan menabur benih-benih kebahagiaan dihatiku, ia membuatku semakin mengidolakan dirinya.
Aku tahu, perasaanku tak mungkin pernah terbalaskan. Tapi bukankah tak salah jika aku menaruh harap akan semua yg tak akan terjadi ?.
Aku terpaksa berpisah jauh dengan sahabatku, Cho Kyuhyun, karena pekerjaan orang tuaku yang mengaharuskan untuk berpindah-pindah lokasi. Awalnya aku menolak ajakan orang tuaku, tetapi pada akhirnya, bujuk rayu mereka mengharuskan hatiku menuruti mereka.
Masih terekam jelas dibenakku, detik-detik sebelum aku meninggalkan sahabat terbaikku. Ia sempat memberikan aku sekeranjang bunga yang indah dengan perpaduan kotak merah muda yang dibalut pita nan indah. Kemudian, ia menggenggam erat tanganku, mengecupnya, mebelai lembut rambutku yang terurai panjang, dan merebahkan tubuhku yang mungil di dadanya. Sungguh kenangan yang indah.
Sampai saat ini, aku masih menyimpan kedua barang itu, walaupun bunga yang ia berikan telah layu dimakan waktu yang terus bergulir.tetapi, kotak merah muda pemberian darinya masih aku simpan dengan baik, walaupun aku belum pernah melihat isi dari kotak itu sendiri.
***
        Pagi ini, mentari bersinar cerah, cuacapun terlihat begitu bersahabat. lantunan merdu dari nyanyian burung-burung yang bertengger manis ditaman, membuat semangatku bergejolak. Aku memulai hariku dengan berjalan-jalan di taman yang tak terlalu jauh dari kompleks perumahanku. Aku berjalan menyusuri segarnya udara pagi yang berhembus disekelilingku. Dingin sekali. “aiiish kenapa aku lupa membawa jaket tadi ! ah dasar pabo aku ini!” gerutuku.
        Aku hanya dapat berusaha meniup-niupkan udara sambil sesekali  menggosok-gosok kedua tanganku. “ini, pakailah !”. tiba-tiba sesosok lelaki tampan menghampiriku dan merebahkan jaket yang tadinya ia kenakan ke tubuhku.
       
Hening sejenak...

        “hey ! mengapa kau memandangiku dengan pandangan sinismu itu ?”. ujar lelaki itu memecah suasana. “heh ?” aku tak dapat berkata-kata lagi, mulutku bagaikan terkunci rapat. Aku terpesona oleh parasnya yang sungguh manis. “kau ini kenapa ?” tanya-nya lagi sambil menatap dalam-dalam kedua bola mataku. Perkataannya sungguh lembut.
        ”hmm.. a..a..aku..aku.. oh ! hehhee ka...kamsahamnida!” cakapku terbata-bata. ”ne, aku hanya ingin menolongmu, pakailah jaketku sementara..!”. ” hmmm.. boleh aku tahu namamu ?” cecarnya lagi. ”aku ?”. ”ya~~ kau ! memang siapa lagi yang ada disini selain kau ?!” ujarnya sedikit kesal. ”hehehe younri imnida.” tambahku sembari diiringi uluran tangan kananku. ”nama yang indah.” balasnya sambil menjabat erat tangan mungilku. ”bagaimana dengan kau ?, siapa namamu ?” tanyaku lagi. ”teuki imnida.” ucapnya. Kelima jemarinya masih saling melekat pada jemari tanganku. Rasanya hangat sekali.
        Setelah berkenalan cukup dekat, Kami berjalan-jalan menelusuri taman itu bersama. Tak henti-hentinya kami bercakap ria. Tetapi ketika kami sedang duduk dibangku taman untuk melepas lelah sejenak, ”kriiiiing... kriiiiing..”seketika ponsel teukie berbunyi. ”yoboseyo ?” .”oh.. baiklah ! aku akan segera kesana ! tunggu aku !!” suara nya terdengar panik. Aku dibuat penasaran olehnya.
        ”ada apa ?” tanyaku penuh kebingungan. ”a..aku harus pergi, eomma ku jatuh sakit. Mianhae, mungkin lain kali kita bisa menyambung percakapan kita ya.. sekali lagi jeongmal mianhae, younri-ah. ”. ”oh, baiklah.” jawabku sambil tersenyum manis.
        ”Hmm.. kira-kira apa yang terjadi ditengah kepanikannya ? apa eomma-nya sakit keras ? ah, entahlah.. ” renungku dalam hati.
Aku masih mengenakan jaket pemberian dirinya. Sesekali aku tersenyum sendiri. Lelaki itu sungguh tampan, gaya berbicaranya lembut sekali, dan gerak-geriknya sungguh berwibawa. Mungkin kata ”angel” cocok untuk nya.
***
3 tahun berlalu...

        Hubunganku dengan teukie terus berlanjut. Akhirnya, kami menjadi sepasang sahabat. tetapi, komunikasiku dengan sahabatku yang dimana aku menyimpan rasa kepadanya menjadi pudar perlahan.
        Kami sudah lama tidak bertegur sapa melalui ponsel ataupun alat audio fisual lainnya. aku tak mengetahui kebaradaannya saat ini secara pasti. Malah, hubunganku dengan teukie semakin erat.
        Sampai suatu ketika, aku teringat dengan kotak pemberian dari sahabatku, kyu. Kotak itu masih tertata rapih diatas meja riasku. Hanya sedikit berdebu. Tanpa menunggu lama lagi, kutiupkan udara diatasnya dan kubuka perlahan.tetapi...
       
        Betapa terkejutnya aku melihat isi dari kotak tersebut. Air mataku langsung berlinangan dipipi.
        Kulihat sebuah album biru kecil yang bertuliskan nama kita berdua, ”younri & kyuhyun, best friend forever” diikuti oleh sehelai catatan kecil, dan seuntai kalung yang indah.
        Kubalik lembaran album itu, kembali terngiang kental di memoriku akan persahabatan kita yang kekal. Gambar antara aku dan dia masih tertata rapi di album itu. Manis dan menyilaukan hati.
        Setelah puas membalik- balikan gambar kenangan manis kami, kubuka dan segera kubaca catatan kecil didalam kotak itu.

Dear, my best friend,
Younri..

        Mungkin kau merasa terkejut dengan isi kotak ini. hehehe aku sengaja menata kenangan manis antara kita dalam album itu, agar engkau selalu mengingatku.
        Aku sadar, mungkin suatu saat nanti, engkau akan melupakan aku, jauh dari keterpurukan pikirmu. Maka, kenakanlah kalung itu, sebagai sebuah pertanda bahwa kita lah sahabat yang paling berbahagia^^..
        Ingatlah janji persahabatan kita yang dimana kita berdualah yang mengukirnya di pohon itu. ”sahabat selamanya, sahabat paling berbahagia, persahabatan antara Younri dan kyuhyun.” ingat kah kau, ketika kita berdua mengumbar janji itu sambil malingkarkan kelingking ?. itu lah saat saat paling indah dalam hidupku. Dapat memiliki sahabat sebaik dirimu.
        dan ingatkah engkau saat dimana  kau melirik mataku, ketika kita sedang melihat bintang jatuh dimalam itu ? aku selalu mengingat hal dimana kita saling berbagi bersama dan janji yang kita umbar ditengah  heningnya malam . hanya engkau dan aku. Aku juga ingat, saat dimana kita saling mengumbar tawa bersama.
        Dan ingatkah engkau, saat dimana kita menari dibawah derasnya hujan pada bulan desember itu ? dan aku ingat pula ketika ayahku menyangka kau adalah seorang maling.
        Ya, aku ingat ketika kau membaca bukumu, ya, aku ingat ketika kau mengikat tali sepatumu, ya, aku ingat kue kesukaanmu,dan ya, aku ingat, ketika kau meminum tehmu.
        Hmm.. sejujurnya, ada sebuah hal yang selalu kututupi darimu. Honnestly, i have a crush with you, younri. Aku tak pernah berani mengungkapkannya padamu. Aku selalu beranggapan bahwa kau hanya menganggap hubungan kita yang telah bergulir 10 tahun ini, hanya lah persahabatan biasa.
        Aku tak memaksa bila kau tak menerimaku sebagai seseorang yang memiliki peran special dihatimu. Tetapi, kepolosan dan keluguan sikapmu selalu terngiang dihatiku. Selamanya. Sungguh.
        See, dear.. i always keep our memories down on my brain. I’ll always remember you.. ever and forever..

Love,

Your best friend J
***

        aku hanya memandangi kertas itu dengan penuh haru didada. Aku merasa sangat bersalah. Dimana younri yang dulu ? dimana kah persahabatan aku dengan dia ? mengapa aku melupakannya ?. Ya Tuhan.. maafkan lah aku, berikan dan bukakan lah pintu maaf untuk hambamu yang telah berlumur dosa ini. Penyesalan ku tak berguna lagi kini. Yang lalau biarlah berlalu bersama angin lalau.


Younri PoV

Aku tak menyangka, orang yang aku sayangi ternyata memiliki perasaan yang sama pula denganku dan kini aku telah
menghancurkan semua harapan itu.
        Tetapi, mengapa disaat persahabatan aku meretak,  teukie datang untuk menjadi sahabat baruku. “apa mungkin teukie adalah penggantinya ?.” pikirku dalam hati. Aku terus saja memandangi kalung pemberian dari sahabatku itu. Warnanya perak keputihan, indah sekali dengan paduan mutiara sebagai liontinnya.
***
        Teukie selalu mengumbar janji penuh makna dihadapanku. Kami sering pergi berdua ke taman, sekedar untuk melihat-lihat pemandangan danau yang jernih.
        “a’..a’aaau ! ah sakiiit~~” ! rintihku seketika. ”a’..a.ada apa ?” Tanya teukie  panik. “ah ! saaakit !” rintihku lagi sambil memegangi perutku. “ha? Apanya yang sakit ? kamu kenapa ?” teukie tak henti-hentinya melontarkan pertanyaan kepada ku yang sedang berusaha menahan sakit.
        Aku tak menjawabnya. Rasa sakit itu terus membuatku kewalahan. Aku tak ingat apa-apa lagi. Yang terlihat hanya cahaya terang yang sekilas melewati pandangku.
        Sejak kecil aku memang sering sakit-sakitan. Daya tahan tubuhku lemah sekali. Telat makan sebentar saja, aku bisa pingsan dan langsung dirawat dirumah sakit.

Younri POV end.
***  
Dirumah sakit..
Younri’s old best friend,

Kyu hyun PoV
        Aku seorang dokter. Tempat kerjaku tak menentu. Dari satu kota, aku ditugaskan kekota yang lain. Aku senang bisa menjalani tugas di kota dimana sahabatku, younri tinggal. Tetapi, semenjak kepindahannya dikota ini, komunikasi kami memburuk, ia tak pernah lagi menghubungi diriku. Aku berpikir ia pasti sibuk dengan urusannya.
        Jujur, aku memang masih ingin berjumpa dengannya. Tetapi diamana ia sekarang ? apa kabarnya ? dan mengapa ia jarang menghubungiku lagi ?.
        ”doc ! tolong, doc ! tolong teman saya ! dia pingsan !!!” tiba-tiba seorang namja menghampiriku yang sedang terduduk diam di depan ruang UGD, kebetulan hari itu aku mendapat jadwal piket di ruang UGD. Ia terlihat menggendong seorang yeoja yang cukup cantik. ”ada apa dengan yeoja itu ?! yasudah cepat bawa ia masuk !” seruku pada namja muda tersebut.
        Setelah aku memeriksanya, aku teringat akan wajah yeoja itu. Ia sangat mirip dengan..

”yaTuhan ! ini kah younri ?”. kupandangi lagi raut wajahnya yang tengah pucat, pasi dan betapa terkejutnya aku melihat sebuah liontin kalung yang ia kenakan. Mirip sekali dengan apa yang aku beri pada younri 3 tahun yang lalu. Tak inggin salah, ku coba mencari informasi yang lebih jelas pada namja yang sendari tadi menunggu diruang tunggu.
        ”doc, bagaimana keadaan teman saya dok ? apa ia baik-baik saja ? ia sakit apa ?” tanya namja itu beruntun  padaku. ”ehh ... apa anda temannya ?” jawabku singkat. ”ia, saya sahabatnya !, dia sakit apa doc ?!” cecarnya. ”apa benar dia younri ?” tanyaku lirih. ”ne~~ dari mana kau tahu namanya ?”. ujar namja itu kebingungan.
        Aku mengajaknya duduk sembari mengobrol. Ku ceritakan semua tentang younri. Setelah ia mengetahui hubunganku dengan sahabatnya itu, ia hanya bisa melontarkan senyum padaku. ”aku yakin engkau adalah sahabat yang baik bagi younri. Younri sering menceritakan dirimu padaku. Ia sangat mengagumimu... maka, tolong beri tahu aku, sakit apa yang sedang meredu di tubuh younri ?” ucap namja yang belakangan, aku mengetahui namanya, teukie. ”Younri mengidap gagal ginjal. Ia kritis, jika ia tak mendapatkan donor ginjal dalam waktu 2 hari, aku takut nyawanya tak akan tertolong. ” jujurku.
        teukie terlihat sedih. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari matanya yang memerah. Aku mencoba menenangkannya, ku tepuk bahunya. ”tenanglah ! aku akan menyelamatkannya sekarang juga”. Hiburku. ”bagaimana caranya ? menurut hasil pemeriksaan, ginjalku berbeda dengan younri. Aku takut kehilangannya. Tolong lah.. tolong younri ! kumohon.. ” namja itu langsung berlutut dihadapanku.
        Aku hanya mengangguk pelan, mencoba meyakinkannya.
Kami saling berdekap erat.

Pov end
***
Teukie POV.

        Hari itu juga, kyuhyun, yang mengaku sebagai sahabat lama younri, melakukan operasi pendonoran ginjal pada younri. Aku hanya  bisa pasrah, menunggu hasil operasi itu.
        Setalah 8 jam menunggu, seoarang dokter keluar dari ruang operasi. Aku terpana girang. Tetapi, aku binggung, mengapa dokter lain yang keluar menghampiriku ? diamana kyu ?.
        ”selamat, operasi teman anda berjalan lancar. Kondisinya mulai membaik dan sebentar lagi, ia akan sadarkan diri . tetapi, maaf.. ” dokter itu terlihat menundukkan kepalanya.
”ada apa dok ?” tanyaku disela tangis kebahagiaan. ”maaf, pendonor kini keadaannya sungguh memilukan, ia koma.” jawabnya singkat seraya menggeleng pelan. ”he ? siapa pendonor untuk younri, doc ? dimana kyuhyun yang tadi ikut masuk untuk menjalankan operasi younri ?” ucapku mulai panik.
”Cho Kyuhyun, ia lah pendonor untuk younri. Ia masuk ruang operasi ini, bukan untuk melakukan operasi terhadap younri, melainkan menjalankan operasi untuk dirinya dan younri. ”.
        Lagi lagi air mataku berlinangan jatuh. Aku merasa bersalah terhadap kyuhyun. Aku tak menyangka ia rela mengorbankan nyawanya untuk sahabatnya sendiri.
        Aku langsung menyusul ke ruang operasi. Tak peduli banyak perawat dan dokter yang menghalangiku. Kulihat younri tengah terbaring. Keadaannya tidak terlalu buruk. Terlihat, ia mulai sadarkan diri. Tetapi, disampingnya, tergoleh sesosok namja yang memprihatinkan.
        Kudekati kyuhyun. Air mataku tak terbendung lagi melihat wajah kyuhyun, yang pucat semu tak berdaya. Kugenggam tangan kanannya, yang telah dipenuhi infus dan alat pendeteksi nadi. Ia sedikit menggerakkan jemarinya.
        Akupun tersenyum. ”teukie”. ujarnya seketika dengan nada yang sangat lirih. ”ne, waeyo ? Mengapa kau rela melakukan semua ini demi younri ?” jawabku. ”10 tahun kulalui bersamanya, a..akuu.. mencintainya lebih dari sekedar sahabat.. aku ingin melihat ia kembali ceria. boleh aku meminta sesuatu ?”. tanya kyuhyun lemah. ”ne~ tentu saja. Apa ?” jawabku. ”berjanjilah, jaga younri dengan baik.. jangan biarkan ia bersedih. Jadikan ia yeoja chingumu.. ” rintih kyuhyun, seraya menutup matanya. Aku menjerit kencang, kurasakan tangannya melemah, dan alat Autokardiorgam, tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sekali.
        Kyu, menurutku, ia adalah sesosok malaikat yang dikirim hanya untuk younri. Benar terbukti, apa yang dikatakan younri kepadaku tentang kyuhyun sebelumnya. ”Ia aku berjanji ! aku berjanji aku akan menjaga younri sebaik mungkin ! aku janji padamu !” ujarku disela tangis sambil memandangi wajah kyuhyun.

Pov end
***

Younri POV

”diamana aku ?”. kulihat sekalilingku. Tak ada seorangpun. Aku merasa ada sesuatu yang terasa sakit di perutku, seperti ada luka sayatan. ”kamu dirumah sakit.” tiba-tiba teukie terlihat dihadapanku. Ia tersenyum manis tepat dihadapanku yang hanya terbaring diranjang itu. ”mengapa aku ada disini ?”.
”1 minggu yang lalu, kamu tak sadarkan diri, maka kamu telah menjalankan operasi pendonoran ginjal demi menyelamatkan nyawamu.” ujarnya sepi.
”he ? aku sudah dioprasi ? tetapi, siapa yang rela mendonorkan ginjalnya untukku ?”.
”sahabatmu..” terang teukie
Terlintas dipikirku tentang kyuhyun.
”nugu ?” tanyaku lagi
”apa kau ingat kyuhyun ? cho kyuhyun?”
”ne ! aku ingat ! ia sahabatku, ada apa dengannya ?”
”ia lah malaikat penyelamatmu, ia yang telah mendonorkan ginjalnya untukmu tanpa memikirkan keselamatan jiwa nya sekalipun..”.
Aku tak menjawab perkataan teukie. Aku hanya dapat terdiam sunyi. Air mataku luluh begitu saja dihadapannya. Aku sungguh rindu padamu kyu.. jeongmal bogoshipo..Aku ingin mengucapkan permintaan maaf ku yang sebesar-besarnya pada kyu, ia telah rela mengorbankan ginjalnya demi aku seorang.
”aku ingin beretemu dengannya !!!” tangisku
”baiklah akan kuantar kau” bisik teukie pelan.
        Teukie membawakan aku sebuah kursi roda, lalu mendudukan aku diatasnya. Mendorongnya menuju sebuah tempat yang tak jauh dari rumah sakit itu. Aku merasa sangat penasaran. Sampai akhirnya, ia memberhentikan aku pada sebuah tempat yang tak asing lagi.
”apa ini ? mengapa kau membawaku ketempat ini ? apa maksudmu ?!” gerutuku.
”disinilah kyuhyun. disinilah ia terbaring dan disinilah tempatnya untuk selamanya.” ujar teukie sambil menitiskan air mata. Aku belum pernah melihat teukie menangis seperti ini. sungguh.
        Aku tahu akan maksudnya membawaku ketempat ini. Pemakaman. Aku menjerit sejadi-jadinya, aku beranjak dari tempat dudukku, dan aku menangis diatas gundukan tanah merah itu. Kuusap batu nisan itu dengan lembut. Aku hanya dapat tertunduk perih.

Pov end
***

Teukie POV
        Ku angkat tubuh younri yang mungil itu. Diatas batu nisan ini, kurebahkan tanganku. ”kyu, engkaulah malaikat bagi Younri. Gomawo kyu... Aku tak akan lupa akan janji yang telah kita buat bersama. Aku akan menjaga younri dengan sepenuh hatiku aku berjani akan menjadikannya nae yeoja ! aku janji !”
        Kupandangi younri dengan penuh sayang. Kugenggam jarinya yang mendingin, lalu kubisikan sebuah kata. ” saranghaeyo younri”. Ia kembali memandangku
”aaaaaaa~~!!.. saranghae kyuhyun! tetapi aku sadar, sampai kapanpun ia tak akan mungkin kembali kepelukku..na do saranghae teukie..” tepisnya.
        Kami saling berpeluk erat, dapat kurasakan detak jantung dan harumnya yang khas. Dan disaksikan oleh kyuhyun, tepat diatas makamnya. Aku telah membuktikan janjiku padanya. Menjaga younri untuk selama-lamanya.
-----------------END------------------