Jumat, 23 September 2016

September 23rd

Sebab hatiku bukan kayu
Melainkan langit yang maha luas
Namun kau harus tahu,
Langit pun pernah

Menangis


Malam ini aku rindu

Benar
Aku benar benar rindu

Merindukanmu adalah kebenaran yang tak menyenangkan

Aku sadari itu

Baiknya aku pergi dengan kehilangan yang sewajarnya saja
Karena aku sudah berani untuk datang
Maka aku pun harus benari untuk pergi
Secangkir sedu kutitipkan
Pada tetes terakhir air matamu

Tugasku selesai

Untuk berada dalam setiap inchi hangatmu


“Dalam tiap hela nafasmu dari pulau disebrang sana yang membangunkanku dalam sepertiga malam, tenanglah. Aku baik-baik saja, aku akan belajar untuk kuat. Kuat sepertimu, Ibu.”

.... 
Hari ini, tepat, setahun yang lalu, dengan hati yang ragu dan penuh harap, aku mencium tanganmu. Kau mendoakanku untuk hal yang aku dapatkan hari ini. Dan di bulan ini, aku berkata aku akan menjadi bagian dari hal yang kujalani hari ini. Sang Maha Mendengar, Sang Maha Mengabulkan Doa, menjawab doamu, Ibu.
 (23 September 2015, Tes Psikotes PPA BCA)