Kamis, 26 Agustus 2010

Fanfiction-The tears of a little girl in the back of sunshine

The tears of a little Girl in the back of sunshine

-Genre   : sad 
-Author : Zakia Prajani
-Cast     :- Park sun young a.k.a Zakia
              - kim kibum a.k.a his self
              - kim youn jae a.k.a astri L.



Note : hehehe pasti fic. Yg satu ini bkalan aneh & gaje banget hehehe, sebenernya fic. Ini untuk my close friend yg ultah  yang ke-12 tentunya tanggal 26 ini.. hehhee.. so.. happy reading !v^^
……………………………………………………………………………
Kim Youn jae POV
        Hidupku kini benar-benar hancur. Aku hanya sendiri menganggung sepi. Karena keegoisanku, aku terpaksa menghantamkan kebiadapan pada sahabatku sendiri. Sungguh penyesalan yang tiada berguna lagi.
        Aku memang sahabat yang tak berguna ! sahabat yang tega menusuk sahabatnya sendiri secara perlahan namun pasti. Tuhan.. ampunilah hambamu yang telah berlumur dosa nan hina ini.
        Kini, aku hanya dapat menangis pada dua buah bongkahan kayu yang tak terlalu besar ini, mencoba mengusap nama sahabat dan suamiku sendiri, berdoa agar ia  mendapat kebahagiaan dialam sana. Walaupun Tiada berguna !.
        Kegalauan dan rasa canggung akan kesalahanku, terus melonjak tajam dalam benak ini. akibat perlakuan senono yang telah aku biarkan terjadi pada sahabatku satu-satunya, Sun young.
        Hanya tulisan inilah yang dapat menjadi tempat curahan rinduku pada Sun young... tulisan ini, aku temukan pada salah satu halaman dalam buku jurnalnya, 4 tahi setelah tangis ku ini menghantarnya menghadap Sang Kuasa.


...........................................................................................................................
FLASH BACK /Sun Young POV

Aku bukanlah seorang penulis. Apa lagi jika dikatakan sebagai seorang penulis yang handal dan profesioanl, jauh sekali dengan diriku. aku hanya lah seorang gadis biasa, yang mencari kesenangan biasa. Tidak ada yang istimewa dariku, selain jati diriku sendiri.
        Menulis hanyalah hobiku belaka. Bukan untuk mencari uang atau sebagainya. Aku memang menggemari hobi ini sejak duduk dibangku kelas 1 SMP. Menulis adalah hidupku. Aku dapat mencurahkan seluruh pertumpahan air mata, hati, bahkan pengalamanku sekaligus. Menulis juga merupakan sahabat setiaku untuk berbagi suka maupun duka, disamping Youn jae.
        Banyak orang yang meremehkan hobiku ini, mulai dari temanku , hingga orang tuaku. Entah mengapa, mereka sangat tidak menyukai dan mendukung kegemaranku yang satu ini, selain menggambar dan mewarnai seperti layaknya anak kecil yang kehabisan akal.
        Aku tidaklah dilahirkan dengan memiliki keluarga yang berkecukupan. Tetapi, bukan dalam hal ekonomi tentunya. Kurangnya rasa solidaritas, dan saling memahami, membuatku selalu terpuruk dalam kesepian.
        Siapa yang tidak ingin dilahirkan ditengah hangatnya keluarga yang saling menyayangi dan mengsihi satu sama lain ? pastilah tidak ada, aku rasa. Dan aku yakin, tidak akan ada satu orang pun yang ingin dilahirkan ditengah keluarga yang tidak harmonis sepertiku.
        Semua deraian beban, aku tanggung dan kupendam sendiri. Mencoba menulis demi membaginya dengan tinta dari goresan jari jemariku sendiri. Menangis sepi dalam kegelisahan, adalah hal yang biasa aku alami. Menjerit perih dalam benak, sudahlah menjadi makananku sehari-hari. Hanya sahabatku satu-satunya lah, Youn jae, penyemangat hidupku, walaupun sering meninggalkan perih dihati.
        Aku bukan lah orang yang ingin dikasihani, ditangisi, dimanja, atupun di belai. Yang aku butuhkan bukanlah rumah yang mewah, harta yang berlimpah ruah, dan fasilitas yang teronggok didepan mata.
        Satu hal yang ingin kugapai, yaitu terbang bersama burung-burung dan menyentuh langit dengan jemariku.
        Aku tahu, itu adalah hal yang mustahil terjadi bahkan tak jarang orang menganggap harapan-ku itu ”gila”. Aku sadar dengan hal itu.
...........................................................................................................................
        Hari ini aku menangis pilu sendiri didalam sepetak kamar yang tak terlalu nyaman. Tetapi inilah tempat satu-satunya dimana aku selalu berbincang bersama teman maya ku. Banyanganku sendiri. Aku memang bukan lah gadis sempurna yang memiliki segalanya. Hanya buku merah muda dan pena hitam itu lah yang menjadi sahabat kegundahan maupun sebagai renungan akan sakitnya goresan hidup ini, selain Youn jae tentunya.
        Aku berteriak, tetapi semua hening, aku menangis, tetapi seketika tak ada yang peduli denganku, aku meringgis runtuh, tetapi tak ada yang membangkitkan aku. Tuhan, apa salahku ? aku tak meminta untuk dilahirkan, aku hanya lah titisan darimu. Aku hanyalah hambamu yang lemah, yang tak mengerti apa-apa selain menangis, menangis, dan menangis.
        Satu-satunya cahaya dan sebuah penenang bagi hatiku dikala gundah menghampiri, adalah cahaya mentari yang terik itu. Ya mentari di siang hari itu. Aku aneh ? tentu saja. Semua orang benci akan sinarnya, tetapi aku sendiri malah menyukainya. Bagiku cahaya yang ia pancarkan sungguh dapat menerangi pikir dan benakku dikala suntuk.
...........................................................................................................................
        ”Sun young.. aku sayang sama kamu, saranghaeyo sun young, aku ga mau menyakiti kamu, sungguh. Karena kaulah sahabatku satu-satunya.” begitulah pagi ini youn jae berbincang. Aku tak menjawabnya, selain dengan senyuman manisku. ”hmm.. begini, tetapi sebelumnya, mianhae, jeongmal mianhae, sun young.. mian, aku terpaksa harus menikah dengan kibum, kedua orang tua kami menjodohkan kami berdua, aku pun tak dapat melawannya begitupula dengan kibum. Aku tahu, kibum adalah bagian hatimu, tetapi tolong mengerti aku ?” jelas younjae sambil terus memandang tajam kedua bola mataku dan tiba-tiba butiran air mata mulai menderai beru dalam linangannya.
        Aku terteguk tegang sekaligus terkejut akan hal yang baru saja terucap dari mulut sahabatku. ”Aku harus apa ? apa aku harus menolaknya, tetapi jika aku melakukannya, maka aku akan menyakiti hati youn jae, ataukah aku harus mengiyakannya dengan ganjaran agar youn jae dapat bahagia ?, tetapi disisi lain, batin sekaligus ragaku akan tersiksa ?” pikirku panjang dalam hati.
        Tak ada sepatah katapun yang dapat terucap dari mulut ini untuk menjawab pertanyaan youn jae barusan. Hanya anggukan pelan pertanda setuju dan Hanya badai dan terjangan air mata yang dapat aku perlihatkan. Mengapa aku harus seperti ini ? tidak memiliki seorang ayah, dan aku dilahirkan tidak dengan cara yang baik-baik, melainkan aku adalah hasil perzinahan kedua orang tuaku, yang hingga saat ini keberadaannya samasekali tidak aku ketahui. ayahku. Dan mengapa sekarang, aku terpaksa harus mengikhlaskan sesosok lelaki yang sangat aku cintai hanya demi sahabatku seorang, youn jae ,sungguh teras asing dan menyakitkan dalam dada ini.rasanya tak adil sekali. Menyakitkan.
        Aku tahu, youn jae memang mengagumi sosok namja yang  telah mendapatkan sebilah hatiku. Tetapi, kibum oppa sendiri, tidak begitu menyukai youn jae lebih dari sebatas berteman biasa. Aku takut nantinya, pernikahan yang akan dilangsungkan untuk kibum oppa dan youn jae tidak berjalan dengan halus mulus, dan dapat melewati seluk-beluk permasalahan rumah tangga yang ada. Tetapi aku yakin, dengan aku mengikhlaskan mereka berdua, pastilah akan tumbuh benih-benih cinta dikeduanya. Aku yakin itu. Sangat yakin.
..........................................................................................................................setahun setelah pernikahan Younjae dan kibum...

        Kebahagian ku biarlah terenggut sudah oleh sahabatku sendiri demi kebahagiannya. setelah ia puas merenggut sebagian hatiku yang sangat aku cintai. kibum. Kini, harga diriku pun harus di remehkan. Keperawananku, harus terinjak-injak oleh mantan kekasihku yang kini telah berstatuskan menikah dengan sahabatku, youn jae . Ya Tuhan, apa dosaku ?, cobaan ini sungguh keji.
        Semua bermula dari Siang itu, siang dimana suami dari sahabatku sendiri, yang merupakan mantan belahan jiwaku,  yang akrab aku sapa ”kibum oppa”, memasuki kamarku ketika aku sedang menulis di buku jurnalku. Aku yang tersentak, sepontan untuk membentaknya dengan suara yang sedikit tinggi, namun lirih. ”oppa !kenapa masuk kamar ku ?!” tanyaku kaget. ”ga boleh ? he ?” katanya sambil menutup pintu kamarku dan menguncinya dari dalam. ”oppa ! kamu kan sudah menikah, tak sepantasnya kamu memasuki kamarku tanpa didampingi oleh istrimu..mengapa pula kau kunci pintu itu ? kita buakn muhrim oppa ! , dan kenapa sekarang kau membuka baju mu ??” tanyaku mulai ketakutan. ” ah.. sudahlah yeoja manis.. kau diam saja.. hahhaa aku Cuma ingin merasakan keindan dirimu saja dan aku ingin memadu kasih dengan dirimu, bukankah kita saling mencintai ? hahaha.. sudah diamlah..” lontarnya penuh hawa nafsu yang kini mulai melepaskan ikat pinggang yang melekat di celananya. ”KYAAAAAAAAA ! jagan OPPA.. kibum oppajebaal~, jagan lakukan ini padaku ! a’AA’..aku ga mau !!! AAAAAAAAAAAAA~...tolongggg !!!!..”   teriakku berkali-kali sembil berusaha menghindari kibum oppa yang mungkin sedang dirasyuki hawa nafsu syetan. Tetapi tak terdengar sahutan sama sekali dari dalam rumah, semua pintu terkunci, Ya Tuhan.. tolong hambamu yang tak berdaya ini..
        ”hahhaha bagaimana rasanya ? sakit bukan, jika hartamu yang paling berharga terenggut oleh orang lain tanpa ada rasa tanggung jawab sedikitpun ? begitupun dengan aku, Sun young ! aku sangat mencintaimu, jeongmal saranghaeyo jagiya sun young. Tetapi mengapa kau merelakan dan membiarkan cintaku begitu saja jatuh ketangan wanita yang tidak aku cintai ? mengapa tiada pembelaan akan cintamu padaku ?? sekarang biarlah kamu yang merasakan kepedihan itu !”. ujar kibum oppa yang disambut dengan iringan tawa pembunuhnya.
Hanya pasrah yang berkutat di otak ini, semuanya menjadi suram membekuk. Tangis ini Melabuhkan sedih yang berputar-butar dalam anganku. Bagaimana masa depanku nanti ? apa yang akan terjadi selanjutnya ? mengapa hidup ini seakan-akan terus berusaha meracuni diriku secara perlahan ?. apa yang harus aku lakukan ?
        Lelaki bejat itu benar-benar telah meninggalkan sara dalam kehidupanku, tak ada lagi kata yang dapat kau lontarkan atas perbuatan kejinya itu. Semuanya telah berakhir, hilang sudah anganku selama ini. sungguh, perenggutan yang tak berprikemanusian !.
...........................................................................................................................
        Beberapa bulan setelah kejadian itu terjadi..
Aku masih belum siap untuk menceritakan semuanya pada youn jae, aku takut menyakiti orang yang sangat aku sayangi itu. Tetapi perlahan Kibum oppa sakit keras, menurut dokter, ia terinfeksi firus HIV yang terjangkit akibat seks bebas yang telah ia lakukan bertahun-tahun sebelum pernikahannya dengan youn jae berlangsung. Dan aku sudah mengetahui hal tersebut sejak awal berpacaran dengannya, tetapi youn jae terus membantah perkataanku.
        Dan akhirnya, tak lama kemudian ia wafat berguguran bersama wewangian yang membasuh seluruh tubuhnya yang aku anggap hina itu. Ia telah merenggut harta berhargaku dan kini ia meninggal kan aku serta sahabat yang sungguh aku sayangi sendirian tanpa ada rasa bertanggung jawab sama sekali.
Hal terlebih yang membuat aku putus asa adalah,Penyakitnya itu, telah menyebar pula dalam aliran darahku. Sungguh biadab.
        Pengecaman akan hal ini, tidak ditindak lanjuti sama sekali. Youn jae hanya dapat menangisi penyesalannya setelah aku menceritakan semua pada dirinya. Tetapi bagiku, semua tangisan itu tiada gunanya lagi. Nasi telah menjadi bubur, hidupku telah dialiri oleh virus mematikan itu. Kini waktuku hanya untuk menunggu penyusulan akan mantan orang yang sejujurnya sampai saat ini masih menduduki peran yang istimewa dalam hatiku.
        Masih dengan buku jurnal merah muda dan pena itu, aku berusaha menulis semampuku apa yang ada dalam anganku saat ini. ditemani oleh pembangkit semangatku satu-satunya. Sinar terik mentari. Aku mencurahkan seluruh pikirku dalam goresan tinta itu. Mencoba menghilangkan sesal ini, mencoba mengobati rasa ini, mencoba membangkitkan semangatku, mencoba menulis dengan hati, dan mencoba berharap masih ada jalan untukku dapat menggapai langit dan terbang bersama burung-burung mengitari cahaya mentari itu.
        Tetapi Sedih sepi, aku rasakan kembali. Penyakit ini akan aku bawa hingga nanti, sampai saat ini. saat yang paling kunanti. Dalam permintaanku, aku memohon agar mendapat sebuah tempat dimana kebahagaian masih berpihak padaku. Dan inilah jawaban dari harapan dam mimpiku. Mimpi dimana aku akan terbang. Terjawablah sudah.. kini aku hanya dapat mencoba melambaikan tanganku demi menghapus sungai air mata sahabatku, menghantarkan aku pada ilahi.
Mencoba menepis air mata yang menetes diwajahku karena air mata sahabatku sendiri. Rasanya jasad ini masih ingin memiliki jiwa, tetapi titisan air mata itu membawaku pergi meninggalkan jasadku sendri atas panggilan ilahi.

Selamat tinggal sahabatku.. semoga engkau bahagia dengan kehidupan barumu tanpa kehadiran aku disisimu lagi... jangan biarkan tangismu menghantarkan aku menuju kelubang akhir nanti.. saranghaeyo sahabatku, youn jae..
...........................................................................................................................
        Kim Youn jae POV

Kasih sayang itu tak akan pernah puadar oleh waktu. Hingga akhirnya kasih itu harus meninggalkan bercak kepedihan.
        Hanya kata maaf yang dapat aku berikan pada sahabatku tersayang, sahabatku satu-satunya. Tak kusangka, ternyata kegoisanku merupakan suatu kesengsaraan besar bagi hidupnya. Mianhae, jeongmal mianhae, sun young..
        Kini, aku kehilangan dua orang yang sangat aku kasihi dalam hidupku, sahabatku, Sun young dan suamiku, kibum. Karena egoku mereka harus pergi untuk selama-lamanya.
        Mungkin, inilah suratan akan kebiadaban egoku, aku harus hidup penuh kesepian, meratapi nasibku yang tak menetu. Tangis dan penyesalanku menghantarkan kedua orang itu kedalam peristirahatan merka yang terakhir. Selamanya.
        Tuhan, jika masih ku diberi kesempatan, izinkan aku untuk memasuki pintu maafmu, berbincang penuh keceriaan kembali dengan sun young, dan menikmati anugrah yang engkau berikan untukku dan kibum. Aku sadar, dosaku sungguh berlimpah, mungkin pintu maaf-Mu tidak akan terbuka lagi untukku. Tetapi, aku hanyalah seorang insan biasa, yang hanya dapat mengharap bahagia dan hanya tangisan doa penyesalan yang dapat aku tujukan pada kedua orang tersebut.
...........................................................................................................................
        Malam ini, kupandangi Nominal angka hitam itu. Tepat menunjukkan angka 26. 26 agustus. Inilah hari dimana aku akan menginjak pertambahan umurku yang ke-22 sekaligus merasai untuk pertama kalinya, hidup tanpa dampingan seorang sahabat yang sungguh berhati emas.
        ”saengil chuka hamida.. saengil chuka hamida.. saengil chuka saranghae.. sangil chuka hamida, youn jae-shii..” tiba-tiba terlihat seoarang gadis yang sungguh cantik, rambutnya terurai panjang, kulitnya putih dan halus, matanya tidak terlalu sipit, dan bibirnya begitu merah merona. Sungguh cantik. Ia mendekatiku sambil membawakan kue ulang tahun yang bertuliskan “saengil chukka hamida.. sahabatku, youn jae. Saranghaeyo.” Dengan dikelilingi oleh lilin-lilin kecil yang membentuk nominal, 22. diiringi oleh suara nyanyiannya yang merdu, aku mengucapkan harapanku dan mulai meniup lilin-lilin yang indah itu. Perlahan gadis itu, mendongakkan wajahnya tepat di hadapanku dan..
        Sun young !?.. ya Tuhan, ini lah hadiah terindah dalam hidupku. Tak kusangka sun young hadir untukku dalam dekap hangatnya. Hadiah yang aku impikan selama ini benar-benar menjadi kenyataan !. aku bersorak ria dan segera memluknya erat, seakan tak ingin lagi kehilangan dirinya. Ia hanya diam membisu seketika, ia tak membalas dekapanku, dan dapat aku rasakan, tubuhnya berubah mendingin. Seperti es.
        ”mianhaeyo sahabatku, youn jae. Aku harus pergi, tolong jagan biarkan tangismu membuatku tersiksa disana. Aku hadir disini karena berusaha memenuhi harap mu, dihari yang kau nanti ini. saengil chuka jagiya youn jae, sahabatku.” tiba-tiba sun young berkata lirih. Suasana pun menjadi hening sejenak, mengingatkan aku kembali akan pedihnya rasa kehilangan yang masih membekas dalam hatiku.
        ”wae ? mengapa kau tidak tinggal disini bersamaku ? mengapa kau harus pergi lagi ? apa kesalahanku akan kesengsaraanmu, adalah alasan mengapa engkau tak mengiginkan tinggal bersamaku, berbincang bersama, dan menikmati indahnya sinar mentarimu lagi ?” tanyaku penuh kepiluan. ”aku harus pergi.. youn jae-shi..”
Tiba-tiba sun young menghilang dari dekapanku. Akuun tersadar. ”ha ? sun young~~!” pekikku.
         Ternyata semua itu hanya kah khayalanku didunia mayaku saja. Itu adalah bunga dari tidurku yang lelap. Andai itu dapat menjadi kenyataan, ingin rasanya aku melihatnya kembali. Sungguh. Tetapi, semua yang telah berpulang, tak akan mungkin kembali hidup. Aku tahu dan sadar akan hal itu. Selamat jalan, sun young, sahabatku.. selamat jalan kibum, suamiku tercinta.. semoga cinta kalian dapat dipersatukan kembali dalam dekap keagungannya. Aku mencintai kalian...

Rabu, 25 Agustus 2010

Fanfiction-rainbow of angel love

Rainbow of angel love

-Title     : Rainbow of angel love
-Genre   : romance
-Author : Zakia Prajani
-Cast     : - Choi lim hyo a.k.a Destty Aulia
              - Kim kibum a.k.a his self
              - Lee Yeunhae a.k.a Siti Syifazalia

Ok, happy reading ! sorry if this fiction is to bad ^^
don’t Forget to give your own critics ^^

……………………………………………………………………………………………………………………….

        Cinta, acapkali ketika kata ini disebut, jiwa manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan indah nan mulia. Seakan tersiram oleh keindahan cinta yang berbaur dengan keharuman minyak yasmine. Orang yang dimabuk cinta seakan tak puas bila tak bermandikan air hujan nan bersih-suci, disiram oleh tangan kasih sayang. Dan diapun seakan terbang nan diatas sana. Menerobos hujan yang tenang, melambai gemulai, indah, dan bersiramkan wangian misik. Bagiku, cinta itu menghimpun orang yang dicinta ke arena keharuman wewangian, membawanya mengelilingi harumnya mawar. Manis, sungguh indah.. oh.
        Telah bergulir banyak warna-warni cinta di lubuk hatiku. Aku mulai mengunyam Seluk beluk cinta dalam hidupku. Bersama seseorang yang telah membasuh lembut hatiku dan menyentuhnya dengan keagungan. Dengan manis dan ceria ia tersenyum padaku, seakan memberikan isyarat cinta tepat dihadapan wajahku.
        Aku bagaikan tak berdaya dihadapannya. Semua rasa bergulir begitu cepat membentuk suatu keindahan. Keindahan nan suci dan murni, bagaikan air hujan yang sejuk dipagi hari. Keindahan itulah yang aku sebut sebagai CINTA.
        Aku mulai tahu dan belajar akan arti hidup darinya. Mengajakku berjalan menelusuri indahnya lekuk-bekuknya yang indah  . sungguh anugrah tuhan yang terindah.
        Menurutku, namja itu sungguh berhati mulia. Tutur kata dan gaya bicaranya sungguh melemburkan hatiku yang berdetak kencang seketika dihadapannya. Ia adalah pujaan hatiku, kibum oppa. Tetapi apakah ia juga memiliki perasaan yang sama dengan hatiku ? ataukan ia hanya menganggap persahabatan kami yang tengah berjalan 2 tahun ini, hanyalah persahabatan tanpa ikatan biasa?
...........................................................................................................................
        Sore ini hujan turun dengan derasnya, membasahi tiap dedahanan pohon dan kebun rumahku. Aku hanya memandangi kesejukannya dari balik jendela kamarku. Sendiri dengan kesepian yang menguras kesunyian hati. Tak ada lagi tempat untuk bersandar untukku. Dunia ini, bagaikan kejam untukku.
         ”doooarr ! hey.. melamun saja kau ini ! ” tiba-tiba suara itu mengagetkan aku dari kesepian yang tengah melanda hatiku. Kibum oppa tiba-tiba muncul dihadapanku dengan wajah nya yang manis dan mempesona. ”aiiish ! kau ini mengagetkan saja !” tontarku agak kesal dan langsung berakting cemberut dihadapannya. Ia hanya menyambutnya dengan gelak tawa.
        Aku masih saja memperlihatkan tekukan wajahku yang mengharapkan manja dari seseorang yang memiliki arti lebih di hatiku ini. ”sudahlah.... cup..cup.. cup.. nenek tua jangan ngambek lagi ya.. hahhahaa” ledeknya dengan sedikit mengejek diriku. ”ha, apa katamu ? nenek tua ? dasaaar !”  aku yang tidak terima dengan ejekannya itu pun langsung mengejarnya dengan segera. Tak peduli aku meloncati jendela kamarku yang cukup terjang itu.
        ”hahahha dapat kau !” tangkapku sambil memegang erat tangannya yang gagah itu.tetapi Ia sama sekali tak merespon ledekan gelawaku. Ia hanya terdiam membisu. Entah apa yang ia pandang. Tatapannya begitu kosong, sejenak wajahnya memucat pasi dan terlihat linangan air mata mulai membanjiri wajahnya. Aku hanya terdiam bingung mengamati tingkahnya yang perlahan berubah drastis.
        ”oppa, waeyo ?”tanya ku lembut. Sejenak suasana yang tadi riang, menjadi mendingin. Perlahan ia mulai membuka mulutnya ”aku teringat akan pelangi itu..” jawabnya dengan perlahan sembari menunjuk kearah pelangi yang berada tepat dihadapan kami, tak dapat dirisaukan lagi, wajahnya dibanjiri oleh derasnya butiran bening itu.
        ”dulu, aku terbiasa memandangi keindahanya bersama nae yeoja. Ya, seorang yeoja yang sangat aku sayang dan aku cintai melebihi apapun yang ada didunia ini. aku tak akan mungkin dapat melupakan kesedihan ini walaupun aku sedang dilanda bahagia. Masih kental terasa dibenakku, rasa sakit yang teramat menusuk ketika ia pergi meninggalkan aku. Hidup sendiri dengan mengahrap bayangnya didekapku.” jelas kibum oppa yang terlihat tak sanggup lagi meneruskan ceritanya.
        Aku mengusap lembut pipinya yang telah berlumur air mata dengan genggam tanganku. Kubisikan sebuah kata ditelinganya. Kata yang mungkin membuat hatiku menangis pilu. Bagaimana mungkin, Aku mencintainya, Sedangkan sampai saat ini ia masih mencintai gadis lain. Batapa hancur hati ini.
terus kucoba bendung deraian tangis hatiku ini, tetapi seketika....
       
kibum oppa mengeluarkan sebuah kotak merah kecil berbentuk love dari saku celananya. Indah sekali. Perlahan ia membukanya sambil diiringin oleh titisan lembut tangisnya yang jatuh tepat diatas kotak itu.
        Aku yang larut dalam suasana pun tak kuasa lagi menahan deraian air mata yang kini telah melebur membaur tepat dihadapan kibum oppa, air mataku jatuh membasahi tangan kibum oppa yang tengah memfokuskan pikirannya pada kota merah itu.
        ”Ya Tuhan.. apa isi dari kotak itu ? Mungkinkah ia telah memiliki ikatan dengan gadis lain ? ya tuhan.. aku mencintai namja ini. Jikalau memang aku boleh memilih, butakanlah kedua mataku agar aku tak dapat melihat ikatan tersebut dan tulikanlah telingaku sehinga aku tak dapat mendengar ucapan manis dari bibirnya untuk ditujukan untuk wanitanya.
        Ya tuhan.. barapa kali aku meringis karena seorang anak Adam yang Engkau ciptakan. Aku telah merasa jatuh cinta padanya. Cintaku yang  pertama. Ya.. pertama dalam hidupku.
        Ia menoleh kehadapanku, hatiku berdegup kencang. Aku berusaha memalingkan pandanganku darinya, seolah-olah acuh akan apa yang sedang terjadi. Dengan perlahan tapi pasti, ia membelai lembut daguku yang kini basah oleh air mata. Dihadapkannya wajahku tepat pada tatapan matanya yang terlihat sipit nan kemerahan.
        ”mengapa kau menangis ? apa aku menyakitimu ?” tanyanya sambil menyeka air mataku dengan sapu tangan birunya, usapannya sungguh lembut terasa dipupiku. ”a..a..a’aa.ku.’.”aku tak dapat menjawab pertanyaannya dengan terbata-bata. Seketika ia mendekapkan tubuhku pada tubuhnya, merebahkan jantungku tepat dijantungnya. Kami saling perpeluk erat.
        ”dengarkan dan rasakanlah detak jantungku.. lalu usaikan lah tangismu.. mianhae jika aku telah membuat hatimu menangis. Sekarang tenanglah.. dan utarakanlah semua beban yang membuatmu meringis padaku.” ujarnya tenang. Aku hanya terbelalak kagum dengan sikapnya yang sungguh seperti malaikat.
        ”Pikiranku telah teracuni oleh perasaan cemburu pada kotak merah itu. Aku yakin itu adalah cincin tanda ikatan dari gadisnya. Aku sadar, aku dan kibum oppa hanyalah sebatas seoarang sahabat. Tak lebih. Tetapi hatiku tak dapat kubohongi, aku memiliki perasaan yang lebih untuk kibum oppa dihatiku. Rasanya perih, walau memang ia bukanlah siapa-siapa untukku.” pendamku dalam hati. Aku yang tengah dilanda kegalauanpun, tak memperdulikan sosok oppa yang sedang berada dipelukku. Segera ku coba lepas

kan dekapan erat itu, aku berlari dengan sekuat tenaga menuju rumah dan segara memasuki kamarku. Entah apa yang ada dipikir kibum oppa melihat tingkahku yang aneh ini.
...........................................................................................................................
        Tiga bulan berlalu,kami sama sekali belum bertegur sapa. Apa yang harus aku lakukan ? apa aku harus jujur dengan perasaanku ? tetapi bagaimana jika ia menolak perasaanku ?. kata-katanya masih kental ditelingaku ketika ia mengatakan bahwalah ia masih mencintai seorang gadis yang aku sendiri tidak mengetahuinya.
        Pagi ini, ketika aku sedang menyirami bunga-bunga milikku ditaman depan rumah, terlihat seorang namja berbadan tegap tengah menuju kearahku. aku tak dapat melihatnya dengan jelas, karena aku melupakan kaca mataku yang tertinggal diatas meja belajarku semalam. Kuperhatikan langkahnya percis seperti kibum oppa. Tetapi aku masih belum yakin dengan penglihatanku yang tak jelas ini.
        Dengan rasa penasaran, kucoba lebih memfokuskan pandanganku pada orang itu, tetapi tetap saja parasnya tak terlihat jelas. ”aaaiish ! mataku ini.. siapa sih itu ?” pikirku penasaran. ”heeii ! nenek tua !” ujar namja itu. Aku tahu kata-kata itu, ini pasti kimbum oppa. Ya tepat sekali, aku sungguh yakin dengan tutur katanya yang mengejekku nenek tua itu. ”ka’..kau kibum oppa kan ?” ujarku pelan sambil terus memperhatikannya. ”iya ini aku, kibum, lim hyo. Lim hyo, mianhae.. aku ga bermaksud membuat mu menangis, sebenarnya ada apa , jagiya  ? kita sudah 3 bulan tidak bertegur sapa, itu artinya hubungan kita harus segera diperbaiki. Sekarang kamu cerita ya sama aku ?” tanya kibum oppa dengan diiringi senyumnya yang menawan.
        ”kau terlihat cantik sekali pagi ini, wajahmu sungguh anggun mempesona, tak dapat dihiraukan jika banyak namja yang terpikat oleh cantiknya wajahmu, rambutmu begitu lembut dan terurai dengan teratur, bibirmu merah merona, dan kulitmu sungguh putih layaknya seorang putri. Tak pantas memang jika aku telah menyakiti hatimu. ” ujarnya padaku, perkataannya sungguh percis dengan seoarang malaikat yang berhati mulia.
        Aku terkejut mendengar perkataan tentang pujian yang ia lontarkan begitu saja padaku. Aku segera mendekap tubuhnya dengan erat. Ia pun melakukan hal yang sama sambil membelai halus rambutku. ”hmm.. kebetulan hari ini turun hujan, dan lihatlah ada matahari yang bersinar dibaliknya. Pastilah akan ada warna-warni yang indah ditaman. Pelangi. Bagaimana kalo kita kesana aja ? aku pengen banget melihatnya. ” bujuk oppa padaku. ”hmm.. ya’..a..udah.. ayao kita pergi, tapi aku mau ngambil kaca mataku dulu ya.. ”tambahku dengan perasaan girang dan malu-malu tapi mau.
        Setelah kami siap, dengan semangatnya ia menarik dan menggenggam erat tanganku menuju taman tak jauh dari rumah kami.
        Sesampainya disana... aku langsung terteguk kagum melihat indahnya pelangi dihadapanku, merah, kuning, jingga, hijau, biru, nila, dan ungu, bersatu padu dengan perasaan girangku.
”oppa, boleh aku berkata sesuatu ?” tanyaku. ”iya, tentu saja jagiya... mengapa tidak ? katakanlah, otoke ?.. ” balasnya dengan senyuman.
Aku kembali merangkulnya, mungkin kibum oppa merasa agak bingung dengan perlakuanku ini. tetapi aku sudah tidak memperdulikannya lagi. ”oppa.. saranghaeyo. ” bisikku seenaknya ditelinga kibum oppa. ia mengangguk pelan dan membalasnya ” na do saranghaeyo lim hyo.. ”.
        Sungguh hatiku girang tak terganti. ”gamsyahamnida..oppa.. hmm.. tapi mianhae tiga bulan belakangan ini, aku marah padamu, dan kita sudah tak saling berteguran. Mianhae kibum oppa-a.. jujur, aku mencintaimu, aku menyayangimu dengan tulus, tetapi baru kini aku berani mengungkapkannya padamu. Aku cemburu dengan perkataanmu yang menerangkan bahwa kau masih menyimpan rasa pada seorang gadis. Dan ketika engkau menunjukkan kotak merah kecil yang berbentuk love itu, aku yakin itu adalah cincin tanda ikatan kalian berdua, benarkan ?” ujarku panjang lebar.
        Ia kembali memandangiku dengan tatapan mautnya, yang membuat hatiku melebur seketika, jantungku berdebar menanti jawabnya, disaksikan oleh untaian pelangi yang mempesona. Perlahan ia memegang kedua tanganku dan dibelainya halus jari-jemariku, lalu dikecupnya. ”ia adalah dongasaengku, hyera. Ia adalah dongsaengku satu-satunya. Hubungan kami sangat dekat, bahkan banyak yang tak menyangkal kami bagaikan sepasang pasangan yang bahagia. Tetapi itulah dongasengku, ia mengandalkan aku untuk segalanya setelah kematian appa dan eommaku sewaktu ia masih berusia 7 tahun. Tak heran jika ia selalu meminta perhatian, kasih sayang, dan permanjaan dari oppanya seorang. Maka dari itu, ia memberiku cincin ini untuk aku pakai, agar tidak ada gadis lain yang akan mendekati oppanya ini, dengan maksud agar aku terus-menerus memberikan kasih sayangku padanya secara penuh, dan tak terbagi dengan gadis manapun.” setelah bercerita panjang, kibum oppa terdiam sejenak dan langsung memandangi pelangi itu, lagi-lagi air matanya mengalir dengan sangat deras. 
        ”lim hyo, kau tahu,  dulu hyera saeng dan aku sering duduk disini menikmati pelangi yang indah sehabis hujan turun dan langsung diiringi oleh hembusan mentari yang memberikan pemandangan yang indah tak tergantikan. Dulu, ia bertekat untuk menggapai pelangi itu, dan ingin memberikannya untukku sebagai rasa terima kasihnya, tetapi semua harapannya tertempis oleh kejamnya penyakit yang ia derita. 3 tahun yang lalu, ia meninggal akibat penyakit kanker selaput otak yang dideritanya. Sungguh saengku yang malang.” jelas kibum oppa yang tak henti-henti mengalirkan air mata yang deras dari pelipis air matanya itu.
        Sungguh, kini aku menyangka bahwa diriku lah wanita terkejam yang pernah ada. Rasa bersalahku telah memuncak menjadi sebuah penyesalan pada kibum oppa. Seharusnya aku sadar bahwa, cinta tak harus memiliki, asalkan saling mengerti, niscaya cinta akan mempersatukan setiap insannya kembali.
        Akupun terlarut dalam suasana, deraian air mataku tak henti pula aku curahkan dihadapan pelangi yang indah itu. Kibum oppa menatapku dan kembali menggenggam tanganku yang mungil, ia usapkan sapu tangan di pipiku. Mencoba memberikan senyuman yang ia paksakan. Dan ia mengecup ujung keningku dan langsung memasangkan cincin itu dijari manisku disambut dengan perkataan telah lama aku nantikan darinya ”saranghaeyo lim hyo..”.
        Anganku bagaikan tercapai sudah, pelangi, kupu-kupu, burung, dan genagan air danau yang indah itu pun menjadi saksi bisu akan kisah cintaku yang telah terbalaskan oleh shabatku sendiri. Dimana aku menyimpan sebuah rasa yang tak dapat aku bohongi dari diriku sendiri.
        Kini aku pun benar-benar mengerti apa itu cinta. Banyak aneka warna cinta dalam hidup kita. Memadamkan gejolak cinta yang membara diantara dua hati insan manusia memang tak dapat dicegah lagi. Cinta itu suatu fenomena diri manusia, cinta itu memiliki arti yang tak harus memiliki, tetapi cukup saling mengasihi dan menyayanginya. Cinta itu adalah suatu fitrah yang asli pada diri manusia dan sesuatu yang realistis dan cinta adalah suatu zat yang suci. Jika dua insan telah memiliki perasaan cinta, maka tatkala lah untuk cinta itu sendiri yang akan menggiring mereka untuk merajut suatu kehidupan yang baru dalam hidupnya.   

Sabtu, 07 Agustus 2010

Fanfiction - Blade of my heart



Blade of my Heart

-Title     : blade of my heart
-Genre   : sad  

-Author : Zakia Prajani


-Cast     : - Park sun young a.k.a Me
               - Siwon a.k.a Choi Siwon.
               - lee teuk a.k.a Park jung soo

Note : mian kalo gaje, hehee ini ff pertama saya..
          OK, happy reading.. and don’t forget to give your coment !

Siwon POV
……………………………………………………………………………………………………………………….  
Matahari telah kembali ke peraduan. Menyisakan warna kuning dimega luas seiring gerakan bangau yang menukik ke bumi. Untuk kembali kesarang, bertemu sanak keluarganya. Setelah seharian terbang mencari mangsa.
Dari kejauhan nyaring terdengar lantunan suara anak-anak kecil yang sedang bermain air. Tersenyum bahagia penuh keceriaan. Tak ada beban yang terlihat dari sucinya wajah-wajah mungil tersebut. Bergandeng tangan, tanda harumnya persahabatan. Semuanya bersorak ria melihat seeokor ikan kecil mendekati mereka.
Ditempat yang lain, aku duduk termenung memandangi hamparan lautan yang diselingi dengan terbenamnya mentari sore. Indah dan memukau. Sungguh, rasanya aku ingin terbenam dan larut bersamanya. Tetapi tak berselang terlalu lama, hilang sudah keindahan tersebut. Terbenam dan terhapus oleh deburan ombak yang membentur bebatuan karang dipinggir pantai. Tergantikan sudah oleh cahaya rembulan yang gemerlap.
Begitupun layaknya senyumku yang sendari tadi memandanginya dengan penuh harap. Mengapa keindahan alam ini hanya untuk sesaat ? mengapa pula kehidupan ini hanya menunggu untuk kembali kepada Sang Khalik ?.
 Sejenak aku terdiam. Tanpa kusadari luluh pula deraian air mata dipipiku. Deburan ombak yang kini mulai pasang, membentur kaki-kakiku yang ikut bergerak seirama dengan alunan ombak.
Hatiku mulai perih. Cahaya yang dipancarkan bulan dan bintang yang berada tepat diatasku, mengingatkan aku akan suatu hal yang mengusik hidupku. Cahaya terang itu, sama sekali tidak mengindahkan hatiku yang semakin memilu.
Aku teringat akan pedihnya goresan hidupku. Aku bagaikan seorang manusia yang terbuang dari kelompoknya. Hidup sendiri tanpa ada yang memperdulikan. Ya tak ada seorangpun. Hidupku seolah-olah tak memiliki arti lagi. Rasanya ingin mati saja dari pada harus menanggung semua beban ini.
Aku adalah seorang anak bungsu dari dua bersaudara, Appa dan Ummaku telah pergi untuk berpisah alam denganku. sedangkan, Kakak ku, sun young, tengah menimba ilmu kedokterannya di luar negeri. Ia adalah dokter yang hebat.
        Walaupun kakakku seorang dokter yang handal, tetapi aku yakin ia tidak akan mengetahui penyakit apa yang sedang aku derita saat ini. ya, aku adalah satu dari sekian banyak orang yang terifeksi kanker sel darah putih atau yang lebih akrab dengan Leukemia.
        Aku sengaja merahasiakan semua ini pada kakakku sejak dua tahun belakangan. Tepatnya sebelum kakakku pergi ke USA untuk mengikuti program pertukaran dokter diluar negeri. Ia adalah seorang dokter yang sangat pintar, cermat, dan juga cerdik dalam menganalisa sebuah penyakit.
        Semua kesedihanku dimulai sejak malam itu. Ya malam itu. Malam ke 28 dari kepergian kedua orang tuaku. Malam itu, aku merasakan sesuatu yang menganjal didalam tubuhku. Rasanya berat sekali untuk mengutarakannya. Rasa sakit yang aku rasa sangat menusuk tubuhku hingga ke sum sum terdalam tulangku.
        Awalnya aku enggan memeriksakan keadaanku ke dokter. Namun, lama kelamaan sakit ini semakin menyiksaku. Akhirnya kuberanikan diri untuk melakukan pemeriksaan ke dokter.  
Dan Betapa terkejutnya aku ketika mendapati dokter yang berbica mengenai penyakit yang sedang aku derita. Aku ingat betul perkataannya. Hari itu dokter memberikan hasil pemeriksaannya tepat dihadapan wajahku. ”hmm... apa ini dok ? saya tidak kenapa-napa kan ?” tanyaku pelan. ”sungguh.. saya sangat menyesal untuk mengutarakannya.” ujar Dokter lee teuk  yang terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya, membuka kaca matanya, dan pergi kesudut utara ruang periksanya. Aku bingung menanggapi bahasa tubuhnya itu.
Tiba-tiba ia mendekatiku dan menepuk bahuku. ”coba anda perhatikan hasil pemeriksaan ini.” ujarnya lembut. Akupun menatap hamparan kertas putih yang bertuliskan bermacam-macam bahasa kedokteran tersebut, dalam hatiku aku tak mengerti akan maksud dari kertas tersebut, tetapi aku sungguh terkejut ketika dokter mulai menerangkannya padaku. ”bisa anda lihat disini, ini adalah nominal banyaknya sel darah putih yang mulai menjalar keseluruh tubuh anda. Bisa dikatakan anda menderita kanker sel darah putih atau Leukemia. ” ujarnya lirih sambil terus memandangi wajahku. Entah apa yang sedang ia pikirkan.
Hatiku serasa remuk mendengar ucapannya.  Derasnya air mata langsung membanjiri pelipis mataku. Tak kuat aku membendungnya. Perih, pedih, menyakitkan, dan menyedihkan, berbaur menjadi satu dengan beningnya air mataku. Kutarik hasil pemeriksaanku yang berada tepat didepanku, lalu aku berlari secepat mungkin tanpa memikirkan sosok dokter yang sendari tadi hanya memperhatikan tingkahku yang aneh.
Sesampainya dirumah, bergegas aku memasukki kamar. Ku lontar kan begitu saja kertas-kertas itu diatas meja belajar kakakku. Aku menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Selalu kucoba usaikan tangis ini, tetapi selalu tak bisa. Bagaikan tamparan keji yang terlontar dibenakku. Sakit.
Mulai lah ku coba tenangkan pikirku akan hal tadi. Kuambil dan mulai kurapikan helai-demi helai kertas yang berserakkan dimeja belajar kakaku. Tak sengaja aku melihat sebuah buku tebal yang bertuliskan ”the secret between LEUKEMIA” .
Mataku hanya tertuju tanpa kedipan pada seonggok buku tebal tersebut. Kuambil dan segera ku baca. Lagi dan lagi, air mataku membasahi lembaran buku tersebut, ketika tertuliskan   leukemia patients would not be likely to survive longer than two or three years from this disease. Because the causes of the disease which is one of the 10 most deadly diseases in this world, have not been found”. (”penderita penyakit leukemia tidak akan mungkin dapat bertahan hidup lebih lama dari dua-tiga tahun sejak menderita penyakit ini. Karena penyebab akan penyakit yang termasuk salah satu dari 10 penyakit paling mematikan didunia ini, sama sekali belum ditemukan.”)
        Benakku bagaikan tertujah oleh tajamnya rinjau pisau. Badanku serasa lemas sekali, pandanganku buram, dan kepalaku sungguh sakit. Aku tergoleh lemas diatas tempat tidurku yang berdecit ketika aku terbaring diatasnya. Aku tak tahu apa lagi yang akan terjadi berikutnya.
        Bingung menguasai pikir, sakit menguras keringat, air mata  menderai deras, sedih merasuk kalbu, suntuk membakar mata, perih menusuk tulang, bibirku bergetar, tanganku lemas, badanku panas, pahit menguasai mulut, pucat pasi merajalela,  pikirku bungkam, jantungku berdetak kencang, darah mulai mengucur dari hidungku. Akupun bagaikan terperosok dalam penderitaan.
        Tetapi seketika, semua kembali normal. Entah apa yang aku alami barusan. Hanya kicauan burung yang bertengger tepat didepan kamarku yang memberikan aku semangat. Kesunyianpun semakin meluluhkan niatku untuk mengabarkan hal ini pada onnieku. ”ah.. pasti ia akan sangat kuatir jika aku menelponnya.. aku tidak akan mau membuat dia menghawatirkan aku.. biarkan dia belajar dengan tenang di sana. ” gumamku dalam hati.
...........................................................................................................................

        Dua tahun sudah aku bertahan hidup demi kakakku seorang. Selama dua tahun pula aku menjalani Scemo theraphy demi menyangkal lebih banyak sel darah putih yang kini sudah hampir membuatku kewalahan.
        ”Kriiiiiiiiiing.. kriiiiiiiiiing..” tiba-tiba ponselku berbunyi ketika aku sedang menjalani terapi dirumah sakit. ”aa’ a’ a..nyeong.. ?” jawabku dengan perlahan, sambil menahan sakit. ”saeng ? kamu kenapa, kok suaranya lirih banget ?” balas orang disebrang tersebut. ”ha ? ini onnie sun ya ? apa kabar onn ?” lontarku tanpa menjawab pertanyaan yang ia lontarkan padaku. ”hahaha iya.. ini aku.. eh, kau bisa jemput aku dibandara sekarang ?” tambah Kakakku. ”jadi kau sudah sampai di Seoul ? waaa..h pasti aku segera kesana !.. ” ucapku girang.
        Setelah percakapan kami selesai, akupun memutuskan untuk menyingkat waktu terapi dari pada biasanya, untung saja dokter mengizinkanku. Segera lah aku menuju kamar mandi lelaki yang tak jauh dari ruang terapi. Aku berkaca-kaca sejenak. Ku lihat helai-demi helai rambutku mulai rontok, wahku pun terlihat semakin pucat, apa lagi dengan badanku, sudah dapat dikatakan  sebagai rangkaian tulang yang hanya terbalut oleh kulit.
        Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 13 km, aku sampai dibandara. Terlihat dari kejauhan seseorang yang berbadan tegap dengan rambut yang terurai indah, tengah kebingungan mencari sesuatu. Aku tertawa kecil melihat tingkah nya.  kutemui dia. Ia pun tersenyum padaku, kami saling berpeluk erat.
        Kami saling bercakap-cakap dengan riang. Sampai akhirnya kami sampai dirumah. ”waaah.. rumah ini masih sama ya seperti dulu, kamu memang dongsaengku yang paling rajin ! lihat saja, kamu pandai sekali merawat bunga milik onnie ini !.” ucapnya sambil mengelus-elus kepalaku. ”hahahha onnie ini bisa aja!” jawabku santai. Tetapi aku terteguk tegang, melihat kakakku yang kebingungan karena rambutku merontok ditangannya.
        ”kamu sakit ya ?” tanya onnie sun. ”ga kok onn.. Cuma salah shampo.. heheh”bantahku. ”benar ? ” tanya nya lagi. ”iya onnieku sayang.. yaudah ayo masuk kerumah !” tambahku.
        Aku terus memperhatikan kakakku, sendari tadi ia sibuk dengan barang-barangnya. Ia sama sekali tidak mencuriagai keadaanku ini. akupun dapat bernafas lega, walaupun aku sedang merasa sakit, aku harus terus memberikannya senyuman manisku. Dan malam itu aku tertidur dengan lelapnya. 

        Pagi ini, ketika aku terbangun dari tidurku, aku tengah mendapati onnieku sedang mengecup keningku. Ia terlihat sangat sedih. Tetapi ketika aku bertanya, ia hanya tersenyum padaku.
”Hatiku mulai gundah dengan perlakukan beliau padaku, entah apa yang ia tututpi dariku, mengapa ia sangat menjagaku akhir-akhir ini ? atau jangan-jangan ia telah mengetahui semuanya ? ah.. tidak ! pasti ia hanya kangen padaku, kita kan suah 2 tahun tidak bertemu.” pikirku dalam hati.
        Hari ini, aku hendak membuatkan sebuah makanan kesukaan kakakku, kimchi.walaupun aku seorang lelaki tetapi masakkanku tak kalah dengan masakkan wanita pada umunya. Aku yakin ia sangat merindukan makanan ini. ”Uuu’gh... a’ aaa...u’.. sakiiit !” tiba-tiba sakit itu menhampiriku kembali. Rasanya sakit sekali. Aku tak tahan lagi dengan rasa ini, sampai akhirnya aku tak sadarkan diri.
        Seketika, Aku terbangun. Aku bingung dimana aku sekarang ? semuanya berwarna putih. Terang. Kudapati banyak sekali selang-selang yang melekat di sekujur tubuhku. Hidungku serasa dipaksa untuk menghirup udara yang dipompakan sebuah alat. Perih sekali. Tetapi nafasku langsung tersengal-sengal ketika aku mencoba membuka alat itu dari hidungku. Mau tak mau aku harus memakainya.” Aku tahu sekarang, aku pasti sedang berada dirumah sakit” gumamku.
        Tiba-tiba seseorang menghampiriku. Pandanganku memburam. Ia sungguh tak jelas. Tetapi dari pakaiannya, ia terlihat seperti seorang dokter. Ya dokter. ”jangan dibuka, jagi.. keadaan kamu sungguh kronis. Pakailah alat itu sebagai penopang hidupmu sementara.” ujarnya. ”ini onnie sun kan ? onn, a... a..ak..aku..aah !” rintihku ketika sedang mencoba bangun dari tidur dan mengutarakan semua. ”udah ga usah dipaksa sayang, ne ini onnie. onnie udah tau semuanya dari hasil chek up mu yang tak sengaja kau taru dimeja belajar kakak. Maaf kakak tidak mengetahui semuanya. Sekarang kamu berada di ruang ICU, keadaanmu sungguh lemah, kakak terpaksa memasangkan alat-alat itu pada tubuhmu.” tambah kakak dengan nada yang sedikir melirih sembari mengecup keningku.
        Pertumpahan air mata kami pecah seketika. Semuanya menjadi sirna karena penyakit ini.kedua tanganku dihiassi oleh jarum infus dan darah. Badanku dilekatkan oleh kabel-kabel yang tak terhitung jumlahnya. Wajahku dipaksakan untuk menghirup oksigen dari sebuah tabung. Bahkan jariku tak dapat kugerakkan kembali, karena kini ia turut dipasangkan sebuah alat pendeteksi nadi. Terlihat sebuah monitor kecil yang terus berdenyit menghitung kuatnya nadiku. Entah sampai kapan aku harus begini.
        ”besok kamu akan menjalani pencucian darah untuk mengantisipasi sel darah putih yang semakin meluas hingga ke jaringan otakmu. Istirahat lah !.” ujar kakak sambil menitiskan air mata dan langsung keluar dari ruangan kecil ini. aku tak dapat membalas perkataannya, semuanya menjadi bungkam. Semuanya lemas tak berdaya. Untuk membuka mata saja rasanya berat sekali.
        Kini, sudah terhitung genap 10 hari aku dirawat diruangan sempit ini. air mata. Ya selalu air mata. Membasahi ranjang dan pipiku yang mulai memerah. Rasa sakit itu selalu menghantuiku. Apalah yang akan aku lakukan demi mengatasinya. Bahkan seorang dokter handal seperti onnieku pun tak mampu mendeteksi obat untuk penyakitku.
        ”onnie, sakit.. sakit sekali... aku mohon onn, lepaskan alat bantu ini. ikhlaskan kepergianku. Ini sudah waktunya, kak.” rintihku dalam hati. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Mulutku bungkam oleh oksigen ini. tetapi tanpa aku sangka, onnie mengahmpiriku dan berkata. ”siwon saeng, kamu pasti sembuh ! semangat yah jagi ! onnie sudah menemukan obat untukmu. Tenanglah jagi.” lontar kakakku. Aku mencoba membuka tabung oksigen, dan berkata. ”onn, aku ini juga seorang mahasiswa kedokteran, walaupun aku masih menginjak semester awal, aku mengetahui seluk-beluk penyakitku ini. leukemia, mustahil untuk disembuhkan. Cuci darah saja tak akan membantu.”
        Sejenak onnie bungkam. Ia terus memandangiku sampai akhirnya aku tak tahan lagi untuk bertahan. Aku menghembusakn nafas terakhirku tepat dihadapannya. Rasanya lega sekali, walau harus menanggung sara.
...........................................................................................................................
Sun young POV

        Aku menangasisi raga dongsaengku yang terbujur tak berdaya. Telah kucoba menggerahkan seluruh kemampuanku untuk menolongnya. Tetapi, ia tak terselamatkan. Aku merasa hidupku kini benar-benar hampa tak berdaya. Tak ada lagi yang menemaniku disaat sedih seperti ini. semuanya hilang oleh renggutan penyakit itu.  Andai aku dapat memilih, pastilah aku akan ikut bersamanya bertemu appa dan umma kembali kesurga sana.
        Kini aku merasa bagaikan seorang dokter yang tak berguna sama sekali !. semuanya telah pergi meninggalkan aku sendiri disini. ”tuhan, mengapa engkau berikan cobaan ini padaku seorang ? mengapa bukan aku saja yang meninggal, mengapaharus dongsaeng yang sangat aku cintai ?” do’aku disela tangis. 
        Tak sanggup rasanya aku menghantarkan jenazah adikku ke peristirahatan terakhirnya. Aku memilih untuk berdiam diri dukamarnya. Kulihat sekelilingku, cat berwarna biru menghiasi ruangan ini, banyak buku-buku kedokteran yang tersusun rapih, dan obat-obatan yang tak kalah banyak jumlahnya. Aku menangis pilu merasakan kesedihan mendalam ini.
        Disela tangisku, aku melihat sebuah buku biru yang tak begitu tebal, namun terlihat menarik. Lalu kucoba membukanya. Tak sampai lima menit aku membacanya aku sudah kembali menitihkan air mata. Tulisannya sungguh memilukan hatiku. Itu adalah buku jurnal dongsaengku.
        Saat kubuka lembar terakhir dari buku itu, kudapati sebuah tulisan merah yang bertuliskan

Untuk onnieku tersayang...

        Sedih disenja, tersenyum dipagi hari, itulah yang aku lakukan setiap hari menunggu kepulanganmu. Jujur aku sangat merindukan bau tubuhmu yang khas, senyummu yang manis, tawamu yang mengundang keceriaan, dan raut wajahmu yang cantik jelita bagaikan malaikat untukku.
        onnie, sejujurnya aku ingin memberi tahukan padamu tentang semuan penyakit yang aku derita. Ya semuanya. Andai rasa takut ini pergi dari diriku, pastilah aku sudah mengutarakan nya sejak dahulu.
        onn, aku tahu engkau adalah seorang dokter yang bijaksana, engkau adalah segalanya bagiku, engkau bagaikan sesosok malaikat subuh yang datang disaat hatiku kelam.
        Mianhae, selama ini aku memendamnya, aku takut engkau mengahawatirkan aku. Aku tahu penderita seperti diriku pasti akan berujung pada sebuah penantian yang tak terduga. Sama sekali tak terduga. Kematian. Ya, aku tahu itu.
        Aku hanya ingin melihat senyummu disaat aku pergi. Aku hanya ingin melihat engkau menjadi sosok yang tegar. Jangan tangisi jika aku pergi. Antarlah aku pergi dengan ke ikhlasan. Biarkan aku bahagia disana. Walau kutahu lautan air mata akan tercipta seketika, ketika aku pergi nanti. Tersenyumlah onnieku tercinta.. saranghae..

Love,
Siwon ^-^

        Langsung kujatuhkan buku itu. Aku menangis tersedu-sedu. Aku histeris dengan kepergiannya. ”Semua salahku !!” maki ku berkali-kali pada diriku sendiri.
        Mana mungkin aku dapat memberikan senyum pada dongsaengku untuk yang terakhir kalinya. jiwaku hancur berkeping keping. Semuanya sirna oleh air mata ini.
        ”baiklah, siwon , dingsaengku tersayang, aku akan terus memberikan senyumku padamu, walau sangat menyiksaku. Aku hanya menginginkan satu hal darimu, yaitu kebahagiaanmu. Maafkan aku telah lalai dalam menjagamu, aku sungguh onnie yang tak berguna !. engkau adalah satu-satunya malaikat pemadam amarahku, engkaulah belahan jiwaku, aku rela memberika seluruh hati, bahkan jiwaku untukmu. Tetaplah tersenyum, jagi..nado saranghae saeng, tenanglah engkau disana dengan malaikat-malaikat penjagamu.. sekali lagi, saranghae dongsaengku tersayang.. ”