Kamis, 26 Agustus 2010

Fanfiction-The tears of a little girl in the back of sunshine

The tears of a little Girl in the back of sunshine

-Genre   : sad 
-Author : Zakia Prajani
-Cast     :- Park sun young a.k.a Zakia
              - kim kibum a.k.a his self
              - kim youn jae a.k.a astri L.



Note : hehehe pasti fic. Yg satu ini bkalan aneh & gaje banget hehehe, sebenernya fic. Ini untuk my close friend yg ultah  yang ke-12 tentunya tanggal 26 ini.. hehhee.. so.. happy reading !v^^
……………………………………………………………………………
Kim Youn jae POV
        Hidupku kini benar-benar hancur. Aku hanya sendiri menganggung sepi. Karena keegoisanku, aku terpaksa menghantamkan kebiadapan pada sahabatku sendiri. Sungguh penyesalan yang tiada berguna lagi.
        Aku memang sahabat yang tak berguna ! sahabat yang tega menusuk sahabatnya sendiri secara perlahan namun pasti. Tuhan.. ampunilah hambamu yang telah berlumur dosa nan hina ini.
        Kini, aku hanya dapat menangis pada dua buah bongkahan kayu yang tak terlalu besar ini, mencoba mengusap nama sahabat dan suamiku sendiri, berdoa agar ia  mendapat kebahagiaan dialam sana. Walaupun Tiada berguna !.
        Kegalauan dan rasa canggung akan kesalahanku, terus melonjak tajam dalam benak ini. akibat perlakuan senono yang telah aku biarkan terjadi pada sahabatku satu-satunya, Sun young.
        Hanya tulisan inilah yang dapat menjadi tempat curahan rinduku pada Sun young... tulisan ini, aku temukan pada salah satu halaman dalam buku jurnalnya, 4 tahi setelah tangis ku ini menghantarnya menghadap Sang Kuasa.


...........................................................................................................................
FLASH BACK /Sun Young POV

Aku bukanlah seorang penulis. Apa lagi jika dikatakan sebagai seorang penulis yang handal dan profesioanl, jauh sekali dengan diriku. aku hanya lah seorang gadis biasa, yang mencari kesenangan biasa. Tidak ada yang istimewa dariku, selain jati diriku sendiri.
        Menulis hanyalah hobiku belaka. Bukan untuk mencari uang atau sebagainya. Aku memang menggemari hobi ini sejak duduk dibangku kelas 1 SMP. Menulis adalah hidupku. Aku dapat mencurahkan seluruh pertumpahan air mata, hati, bahkan pengalamanku sekaligus. Menulis juga merupakan sahabat setiaku untuk berbagi suka maupun duka, disamping Youn jae.
        Banyak orang yang meremehkan hobiku ini, mulai dari temanku , hingga orang tuaku. Entah mengapa, mereka sangat tidak menyukai dan mendukung kegemaranku yang satu ini, selain menggambar dan mewarnai seperti layaknya anak kecil yang kehabisan akal.
        Aku tidaklah dilahirkan dengan memiliki keluarga yang berkecukupan. Tetapi, bukan dalam hal ekonomi tentunya. Kurangnya rasa solidaritas, dan saling memahami, membuatku selalu terpuruk dalam kesepian.
        Siapa yang tidak ingin dilahirkan ditengah hangatnya keluarga yang saling menyayangi dan mengsihi satu sama lain ? pastilah tidak ada, aku rasa. Dan aku yakin, tidak akan ada satu orang pun yang ingin dilahirkan ditengah keluarga yang tidak harmonis sepertiku.
        Semua deraian beban, aku tanggung dan kupendam sendiri. Mencoba menulis demi membaginya dengan tinta dari goresan jari jemariku sendiri. Menangis sepi dalam kegelisahan, adalah hal yang biasa aku alami. Menjerit perih dalam benak, sudahlah menjadi makananku sehari-hari. Hanya sahabatku satu-satunya lah, Youn jae, penyemangat hidupku, walaupun sering meninggalkan perih dihati.
        Aku bukan lah orang yang ingin dikasihani, ditangisi, dimanja, atupun di belai. Yang aku butuhkan bukanlah rumah yang mewah, harta yang berlimpah ruah, dan fasilitas yang teronggok didepan mata.
        Satu hal yang ingin kugapai, yaitu terbang bersama burung-burung dan menyentuh langit dengan jemariku.
        Aku tahu, itu adalah hal yang mustahil terjadi bahkan tak jarang orang menganggap harapan-ku itu ”gila”. Aku sadar dengan hal itu.
...........................................................................................................................
        Hari ini aku menangis pilu sendiri didalam sepetak kamar yang tak terlalu nyaman. Tetapi inilah tempat satu-satunya dimana aku selalu berbincang bersama teman maya ku. Banyanganku sendiri. Aku memang bukan lah gadis sempurna yang memiliki segalanya. Hanya buku merah muda dan pena hitam itu lah yang menjadi sahabat kegundahan maupun sebagai renungan akan sakitnya goresan hidup ini, selain Youn jae tentunya.
        Aku berteriak, tetapi semua hening, aku menangis, tetapi seketika tak ada yang peduli denganku, aku meringgis runtuh, tetapi tak ada yang membangkitkan aku. Tuhan, apa salahku ? aku tak meminta untuk dilahirkan, aku hanya lah titisan darimu. Aku hanyalah hambamu yang lemah, yang tak mengerti apa-apa selain menangis, menangis, dan menangis.
        Satu-satunya cahaya dan sebuah penenang bagi hatiku dikala gundah menghampiri, adalah cahaya mentari yang terik itu. Ya mentari di siang hari itu. Aku aneh ? tentu saja. Semua orang benci akan sinarnya, tetapi aku sendiri malah menyukainya. Bagiku cahaya yang ia pancarkan sungguh dapat menerangi pikir dan benakku dikala suntuk.
...........................................................................................................................
        ”Sun young.. aku sayang sama kamu, saranghaeyo sun young, aku ga mau menyakiti kamu, sungguh. Karena kaulah sahabatku satu-satunya.” begitulah pagi ini youn jae berbincang. Aku tak menjawabnya, selain dengan senyuman manisku. ”hmm.. begini, tetapi sebelumnya, mianhae, jeongmal mianhae, sun young.. mian, aku terpaksa harus menikah dengan kibum, kedua orang tua kami menjodohkan kami berdua, aku pun tak dapat melawannya begitupula dengan kibum. Aku tahu, kibum adalah bagian hatimu, tetapi tolong mengerti aku ?” jelas younjae sambil terus memandang tajam kedua bola mataku dan tiba-tiba butiran air mata mulai menderai beru dalam linangannya.
        Aku terteguk tegang sekaligus terkejut akan hal yang baru saja terucap dari mulut sahabatku. ”Aku harus apa ? apa aku harus menolaknya, tetapi jika aku melakukannya, maka aku akan menyakiti hati youn jae, ataukah aku harus mengiyakannya dengan ganjaran agar youn jae dapat bahagia ?, tetapi disisi lain, batin sekaligus ragaku akan tersiksa ?” pikirku panjang dalam hati.
        Tak ada sepatah katapun yang dapat terucap dari mulut ini untuk menjawab pertanyaan youn jae barusan. Hanya anggukan pelan pertanda setuju dan Hanya badai dan terjangan air mata yang dapat aku perlihatkan. Mengapa aku harus seperti ini ? tidak memiliki seorang ayah, dan aku dilahirkan tidak dengan cara yang baik-baik, melainkan aku adalah hasil perzinahan kedua orang tuaku, yang hingga saat ini keberadaannya samasekali tidak aku ketahui. ayahku. Dan mengapa sekarang, aku terpaksa harus mengikhlaskan sesosok lelaki yang sangat aku cintai hanya demi sahabatku seorang, youn jae ,sungguh teras asing dan menyakitkan dalam dada ini.rasanya tak adil sekali. Menyakitkan.
        Aku tahu, youn jae memang mengagumi sosok namja yang  telah mendapatkan sebilah hatiku. Tetapi, kibum oppa sendiri, tidak begitu menyukai youn jae lebih dari sebatas berteman biasa. Aku takut nantinya, pernikahan yang akan dilangsungkan untuk kibum oppa dan youn jae tidak berjalan dengan halus mulus, dan dapat melewati seluk-beluk permasalahan rumah tangga yang ada. Tetapi aku yakin, dengan aku mengikhlaskan mereka berdua, pastilah akan tumbuh benih-benih cinta dikeduanya. Aku yakin itu. Sangat yakin.
..........................................................................................................................setahun setelah pernikahan Younjae dan kibum...

        Kebahagian ku biarlah terenggut sudah oleh sahabatku sendiri demi kebahagiannya. setelah ia puas merenggut sebagian hatiku yang sangat aku cintai. kibum. Kini, harga diriku pun harus di remehkan. Keperawananku, harus terinjak-injak oleh mantan kekasihku yang kini telah berstatuskan menikah dengan sahabatku, youn jae . Ya Tuhan, apa dosaku ?, cobaan ini sungguh keji.
        Semua bermula dari Siang itu, siang dimana suami dari sahabatku sendiri, yang merupakan mantan belahan jiwaku,  yang akrab aku sapa ”kibum oppa”, memasuki kamarku ketika aku sedang menulis di buku jurnalku. Aku yang tersentak, sepontan untuk membentaknya dengan suara yang sedikit tinggi, namun lirih. ”oppa !kenapa masuk kamar ku ?!” tanyaku kaget. ”ga boleh ? he ?” katanya sambil menutup pintu kamarku dan menguncinya dari dalam. ”oppa ! kamu kan sudah menikah, tak sepantasnya kamu memasuki kamarku tanpa didampingi oleh istrimu..mengapa pula kau kunci pintu itu ? kita buakn muhrim oppa ! , dan kenapa sekarang kau membuka baju mu ??” tanyaku mulai ketakutan. ” ah.. sudahlah yeoja manis.. kau diam saja.. hahhaa aku Cuma ingin merasakan keindan dirimu saja dan aku ingin memadu kasih dengan dirimu, bukankah kita saling mencintai ? hahaha.. sudah diamlah..” lontarnya penuh hawa nafsu yang kini mulai melepaskan ikat pinggang yang melekat di celananya. ”KYAAAAAAAAA ! jagan OPPA.. kibum oppajebaal~, jagan lakukan ini padaku ! a’AA’..aku ga mau !!! AAAAAAAAAAAAA~...tolongggg !!!!..”   teriakku berkali-kali sembil berusaha menghindari kibum oppa yang mungkin sedang dirasyuki hawa nafsu syetan. Tetapi tak terdengar sahutan sama sekali dari dalam rumah, semua pintu terkunci, Ya Tuhan.. tolong hambamu yang tak berdaya ini..
        ”hahhaha bagaimana rasanya ? sakit bukan, jika hartamu yang paling berharga terenggut oleh orang lain tanpa ada rasa tanggung jawab sedikitpun ? begitupun dengan aku, Sun young ! aku sangat mencintaimu, jeongmal saranghaeyo jagiya sun young. Tetapi mengapa kau merelakan dan membiarkan cintaku begitu saja jatuh ketangan wanita yang tidak aku cintai ? mengapa tiada pembelaan akan cintamu padaku ?? sekarang biarlah kamu yang merasakan kepedihan itu !”. ujar kibum oppa yang disambut dengan iringan tawa pembunuhnya.
Hanya pasrah yang berkutat di otak ini, semuanya menjadi suram membekuk. Tangis ini Melabuhkan sedih yang berputar-butar dalam anganku. Bagaimana masa depanku nanti ? apa yang akan terjadi selanjutnya ? mengapa hidup ini seakan-akan terus berusaha meracuni diriku secara perlahan ?. apa yang harus aku lakukan ?
        Lelaki bejat itu benar-benar telah meninggalkan sara dalam kehidupanku, tak ada lagi kata yang dapat kau lontarkan atas perbuatan kejinya itu. Semuanya telah berakhir, hilang sudah anganku selama ini. sungguh, perenggutan yang tak berprikemanusian !.
...........................................................................................................................
        Beberapa bulan setelah kejadian itu terjadi..
Aku masih belum siap untuk menceritakan semuanya pada youn jae, aku takut menyakiti orang yang sangat aku sayangi itu. Tetapi perlahan Kibum oppa sakit keras, menurut dokter, ia terinfeksi firus HIV yang terjangkit akibat seks bebas yang telah ia lakukan bertahun-tahun sebelum pernikahannya dengan youn jae berlangsung. Dan aku sudah mengetahui hal tersebut sejak awal berpacaran dengannya, tetapi youn jae terus membantah perkataanku.
        Dan akhirnya, tak lama kemudian ia wafat berguguran bersama wewangian yang membasuh seluruh tubuhnya yang aku anggap hina itu. Ia telah merenggut harta berhargaku dan kini ia meninggal kan aku serta sahabat yang sungguh aku sayangi sendirian tanpa ada rasa bertanggung jawab sama sekali.
Hal terlebih yang membuat aku putus asa adalah,Penyakitnya itu, telah menyebar pula dalam aliran darahku. Sungguh biadab.
        Pengecaman akan hal ini, tidak ditindak lanjuti sama sekali. Youn jae hanya dapat menangisi penyesalannya setelah aku menceritakan semua pada dirinya. Tetapi bagiku, semua tangisan itu tiada gunanya lagi. Nasi telah menjadi bubur, hidupku telah dialiri oleh virus mematikan itu. Kini waktuku hanya untuk menunggu penyusulan akan mantan orang yang sejujurnya sampai saat ini masih menduduki peran yang istimewa dalam hatiku.
        Masih dengan buku jurnal merah muda dan pena itu, aku berusaha menulis semampuku apa yang ada dalam anganku saat ini. ditemani oleh pembangkit semangatku satu-satunya. Sinar terik mentari. Aku mencurahkan seluruh pikirku dalam goresan tinta itu. Mencoba menghilangkan sesal ini, mencoba mengobati rasa ini, mencoba membangkitkan semangatku, mencoba menulis dengan hati, dan mencoba berharap masih ada jalan untukku dapat menggapai langit dan terbang bersama burung-burung mengitari cahaya mentari itu.
        Tetapi Sedih sepi, aku rasakan kembali. Penyakit ini akan aku bawa hingga nanti, sampai saat ini. saat yang paling kunanti. Dalam permintaanku, aku memohon agar mendapat sebuah tempat dimana kebahagaian masih berpihak padaku. Dan inilah jawaban dari harapan dam mimpiku. Mimpi dimana aku akan terbang. Terjawablah sudah.. kini aku hanya dapat mencoba melambaikan tanganku demi menghapus sungai air mata sahabatku, menghantarkan aku pada ilahi.
Mencoba menepis air mata yang menetes diwajahku karena air mata sahabatku sendiri. Rasanya jasad ini masih ingin memiliki jiwa, tetapi titisan air mata itu membawaku pergi meninggalkan jasadku sendri atas panggilan ilahi.

Selamat tinggal sahabatku.. semoga engkau bahagia dengan kehidupan barumu tanpa kehadiran aku disisimu lagi... jangan biarkan tangismu menghantarkan aku menuju kelubang akhir nanti.. saranghaeyo sahabatku, youn jae..
...........................................................................................................................
        Kim Youn jae POV

Kasih sayang itu tak akan pernah puadar oleh waktu. Hingga akhirnya kasih itu harus meninggalkan bercak kepedihan.
        Hanya kata maaf yang dapat aku berikan pada sahabatku tersayang, sahabatku satu-satunya. Tak kusangka, ternyata kegoisanku merupakan suatu kesengsaraan besar bagi hidupnya. Mianhae, jeongmal mianhae, sun young..
        Kini, aku kehilangan dua orang yang sangat aku kasihi dalam hidupku, sahabatku, Sun young dan suamiku, kibum. Karena egoku mereka harus pergi untuk selama-lamanya.
        Mungkin, inilah suratan akan kebiadaban egoku, aku harus hidup penuh kesepian, meratapi nasibku yang tak menetu. Tangis dan penyesalanku menghantarkan kedua orang itu kedalam peristirahatan merka yang terakhir. Selamanya.
        Tuhan, jika masih ku diberi kesempatan, izinkan aku untuk memasuki pintu maafmu, berbincang penuh keceriaan kembali dengan sun young, dan menikmati anugrah yang engkau berikan untukku dan kibum. Aku sadar, dosaku sungguh berlimpah, mungkin pintu maaf-Mu tidak akan terbuka lagi untukku. Tetapi, aku hanyalah seorang insan biasa, yang hanya dapat mengharap bahagia dan hanya tangisan doa penyesalan yang dapat aku tujukan pada kedua orang tersebut.
...........................................................................................................................
        Malam ini, kupandangi Nominal angka hitam itu. Tepat menunjukkan angka 26. 26 agustus. Inilah hari dimana aku akan menginjak pertambahan umurku yang ke-22 sekaligus merasai untuk pertama kalinya, hidup tanpa dampingan seorang sahabat yang sungguh berhati emas.
        ”saengil chuka hamida.. saengil chuka hamida.. saengil chuka saranghae.. sangil chuka hamida, youn jae-shii..” tiba-tiba terlihat seoarang gadis yang sungguh cantik, rambutnya terurai panjang, kulitnya putih dan halus, matanya tidak terlalu sipit, dan bibirnya begitu merah merona. Sungguh cantik. Ia mendekatiku sambil membawakan kue ulang tahun yang bertuliskan “saengil chukka hamida.. sahabatku, youn jae. Saranghaeyo.” Dengan dikelilingi oleh lilin-lilin kecil yang membentuk nominal, 22. diiringi oleh suara nyanyiannya yang merdu, aku mengucapkan harapanku dan mulai meniup lilin-lilin yang indah itu. Perlahan gadis itu, mendongakkan wajahnya tepat di hadapanku dan..
        Sun young !?.. ya Tuhan, ini lah hadiah terindah dalam hidupku. Tak kusangka sun young hadir untukku dalam dekap hangatnya. Hadiah yang aku impikan selama ini benar-benar menjadi kenyataan !. aku bersorak ria dan segera memluknya erat, seakan tak ingin lagi kehilangan dirinya. Ia hanya diam membisu seketika, ia tak membalas dekapanku, dan dapat aku rasakan, tubuhnya berubah mendingin. Seperti es.
        ”mianhaeyo sahabatku, youn jae. Aku harus pergi, tolong jagan biarkan tangismu membuatku tersiksa disana. Aku hadir disini karena berusaha memenuhi harap mu, dihari yang kau nanti ini. saengil chuka jagiya youn jae, sahabatku.” tiba-tiba sun young berkata lirih. Suasana pun menjadi hening sejenak, mengingatkan aku kembali akan pedihnya rasa kehilangan yang masih membekas dalam hatiku.
        ”wae ? mengapa kau tidak tinggal disini bersamaku ? mengapa kau harus pergi lagi ? apa kesalahanku akan kesengsaraanmu, adalah alasan mengapa engkau tak mengiginkan tinggal bersamaku, berbincang bersama, dan menikmati indahnya sinar mentarimu lagi ?” tanyaku penuh kepiluan. ”aku harus pergi.. youn jae-shi..”
Tiba-tiba sun young menghilang dari dekapanku. Akuun tersadar. ”ha ? sun young~~!” pekikku.
         Ternyata semua itu hanya kah khayalanku didunia mayaku saja. Itu adalah bunga dari tidurku yang lelap. Andai itu dapat menjadi kenyataan, ingin rasanya aku melihatnya kembali. Sungguh. Tetapi, semua yang telah berpulang, tak akan mungkin kembali hidup. Aku tahu dan sadar akan hal itu. Selamat jalan, sun young, sahabatku.. selamat jalan kibum, suamiku tercinta.. semoga cinta kalian dapat dipersatukan kembali dalam dekap keagungannya. Aku mencintai kalian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar