Senin, 28 Juni 2010

cerpen - Arti kehidupan untukku




Arti kehidupan untukku




        Air mata yang membanjiri pelispis ini sungguh tiada henti membayangkan dikala aku masih memiliki satu pilihan untuk menjalani kesunyian yang terus menderai seperti layaknya air sungai yang deras. Entah apa yang harus aku lakukan lagi, kini pilahanku hanya ada dua, yaitu hidup dengan segala siksaan dan keperihan yang mendalam. Atau mati dengan segala kepedihan yang menyelimuti perasaan banyak orang terutama Bunda.
        Jelas terpandang didalam sebuah kamar berpetak kecil terbaring sesosok gadis mungil yang entah tidur entah sadar. Semua orang dibuat terharu beru melihatnya. Wajah nya terlihat pucat pasi dan seolah-olah ingin mengucapkan sepatah kata.Walau banyak yang tidak mengetahui apakah aku hadir diantara mereka atau tidak, tetapi kini aku berpandangan dengan seorang wanita yang tak henti-hentinya menghabisi kesedihannya. Ya, itu lah Bundaku. Dan gadis mungil yang terbaring lemah tak berdaya itu adalah aku. Ya aku.
       
        ***
Semua ini hanya berawal dari konflik rumah tangga yang dapat dikatakan ”masalah sepele”, tetapi seperti arus banjir yang deras, masalah ini semakin membabi buta keluarga kami karena kata ”bercerai” telah terucap dari mulut ayah dan bunda masing-masing.
Sampai akhirnya, mereka bercerai. Siapa yang menanggung seluruh keperihan yang cukup mendalam melebihi mereka ?, siapa yang harus merasa tertekan akibat ejekan dari teman-teman sebayanya ?. Hanya ada satu jawaban yang mungkin mudah disebutkan melalui bibir setiap orang ”aku” ya, aku yang menanggung semua ini. Pilihan yang berat dijatuhkan kepadaku yaitu ingin ikut ayah atau bunda. Sungguh sebuah pertanyaan yang tak bertara untuk anak seusiaku.
Mengunyah sesuap nasi dengan berlauk-kan garam. Itu adalah resiko yang aku ambil untuk lebih memilih mengikut bunda, tak ada pilihan lain selain itu. Ayahku telah menghadap yang Kuasa tak lama berselang dari hari perceraian mereka. ”tia, maaf kan bunda.. hanya ini yang dapat bunda berikan untukmu” ujar bunda sembari menitiskan air mata. ”tidak apa bun, aku sudah cukup bersyukur dengan semua ini, aku telah memilih, itu berarti aku juga telah siap menerima semua resikonya, bunda.. sudah bunda jangan menangis, aku juga sedih melihat bunda menangis” ucapku. Sambil mengusap air matanya bunda berkata ”maaf kan bunda ya sayang”. Aku mengganguk pelan seraya tersenyum pada bunda.
Bukan sekedar meneguk sesuap lauk pauk dengan taburan sebuah zat yang beryodium tinggi, bukan hanya bersedih pilu, bukan hanya merasa iri melihat banyak anak yang bisa bersekolah dengan layaknya, dan bukan hanya harus merelakan banyak mimpi dan kesempatan yang telah aku buang, tetapi hanya sebuah ucapan dari anak yatim berusia 8 tahun, yang mungkin banyak yang menganggap remeh kannya.
”tia.. ga punya ayah.. tia ga punya ayah... hahahaa ” sungguh, bukan hanya air mata yang mengalir deras dari mataku, bahkan benak ini tak tahan untuk membendungnya. Tetapi itu lah perkataan keji yang harus masuk kedalam telingaku, semua teman-temanku menjauhiku, memusuhiku, bahkan tak jarang yang mengejekku seperti tadi.
Sedih, bukan lah hal yang jelas terekam dalam memori hatiku, tetapi perasaan sakit, haru, dan merasa dikucikan, telah bersatu padu dalam benakku, ibarat semangkuk adonan yang telah tercampur rata dengan segala bahan, kemudian teraduk rata kedalam sebuah cetakan perasaan.
Malam itu, tak seperti biasa aku tertidur pulas bagai seorang bayi mungil. ya, dalam mimpiku, aku berada dalam sebuah ruangan putih yang entah apa namanya, disana aku bertemu dengn sebuah cahaya putih yang begitu cerah menyilaukan pandangnku. ”jika waktunya tiba kamu akan mengetahui apa arti dari kehidupan yang sesungguhnya.” ujar cahaya tersebut. ” arti kehidupan ?? apa maksudnya ? kamu siapa ?” tanyaku kebingungan. Tak ada jawaban, semuanya menjadi sepi sunyi, dan perlahan cahaya tersebut menghilang dari hadapanku. ”hey !! tunggu, kamu belum menjawab pertanyaanku ! ” lontarku.
”heey bangun.. ! apa yang kamu katakan, sayang ? ” tiba-tiba aku mendengar perkataan tersebut, aku tersentak kaget. ”uuooooaah... hmm bunda..., aku mimpi aneh bun.. ”
”ah, sudah lah.. cepat sana kamu mandi dan bergegas menyiapkan barang dagangan !”.bantah bunda.  aku segera meninggalkan bunda dan segera aku ambil sebuah handuk kecil didepan kamarku.
        Segera aku berdiri didepan kaca kamar mandi kecil dibelakang rumah. ”apa arti mimpiku semalam ? mimpi yang aneeh !” gumamku didepan kaca. ”tiiiaa.. cepat nak !” lagi-lagi bunda mengejutkan aku. ”iya bun.. sebentar.” jawabku.
        Setelah semua selesai, segera aku pergi membantu bunda menjualkan ”gado-gado” dibawah pasar. Aku harus melakukan hal ini demi bunda. Sejak kepergian ayah, bunda terpaksa berjualan gado-gado demi menyambung hidup kami, dan aku terpaksa putus sekolah karena masalah ekonomi yang dialami bunda. Tetapi aku tidak akan menyerah ! aku pasti bisa bersekolah kembali !.
        Tetapi tiba-tiba, ketika aku sedang menjajakan barang dagangan bunda.. ”JDEGEAARRRRGGG” tiba-tiba sebuah kendaraan bermotor melaju cepat didepanku dan seketika tubuhku terhempas ke tanah, dan kepalaku terbentur kearah sebuah batu besar yang tepat berada  didepanku. Aku tak tahu lagi apa yang terjadi, seketika semuanya berubah menjadi hitam, gelap, dan sunyi.

***
        Setelah lama aku pandangi bunda yang menatapku dibalik sebuah kaca ruang ICU. Aku mencoba sekuat tenagaku untuk kembali tersadar dan melihat senyuman bunda. Kucoba dan terus kucoba, tetapi semuanya tidak membuahkan hasil. Masih jelas terlihat tubuh mungil yang sedang berjuang dengan segala kekuatannya, dengan bayak kabel, dan alat kedokteran lain nya yang melekat pada tubuh seorang gadis mungil yang terbaring lemah tak berdaya pada sebuah ranjang kecil itu.
        Kini, aku sudah tahu apa arti dari mimpiku. ”Arti kehidupan yang sebenarnya” ya aku mengetahuinya. Seperti yang aku alami kini ”hidup hanyalah menanti sebuah tagisan memilukan yang entah kapan akan berakhir dan hidup hanyalah menanti sebuah jawaban”. Ya itulah arti yang aku kecam kan dalam hatiku.
        Andai aku dapat memilih, dan andaikan aku dapat meminta sebuah permohonan. Aku akan memohon kepada Tuhan, agar aku dapat tersadar kembali, takkan aku siakan kesempatan hidupku, tak apa jika aku tak memiliki ayah, tak apa jika aku harus mengunyah taburan garam setiap hari. Tetapi tolong, jangan biarkan aku melihat tangisan dari bunda.
        Kini tiba saatnya, mesin electrocardiogram... telah menunjukan hasil denyut nadi berupa simbol ”_________________________” . Tuhan, apakah ini pilihanku ? dan apakah benar ungkapan yang aku tujukan untuk mimpiku beberapa malam sebelum malam ini terjadi ? ya.. benar ! kini saatnya telah tiba untuk tangisan bunda yang terdengar jelas di depan tubuh mungil, pucat, dan tak berdaya yang merupakan ”Aku”. Air mata yang tak henti-hentinya dititiskan bunda diatas jasadku. Tetapi aku bahagia, semua telah berakhir, dan aku beruntung telah sempat mengecup kening bunda untuk terakhir kalinya.
        Hanya satu pesanku untuk bunda yang belum sempat aku katakan. jangan tangisi kepergian, tangisilah pertemuan, Karena segala yang ada didunia ini hanya sementara.. ketika masa itu telah datang mengahampiri, tiba lah saatnya untuk aku sekarang... walau masih banyak waktu yang harus aku gapai demi kebahagiaan bunda, tetapi takdir ku telah menunjukkan jalan yang berbeda. Jalan yang mengajakku mengetahui kehidupan yang sesungguhnya. Cintaku, kasihku, dan seluruh hidupku kini telah bersatu kembali bersama ayahku. Aku bahagia, walau terlalu banyak air mata yang harus dititiskan hanya demi mengantarkan aku ketempat terakhir, karena aku telah bertemu dengan ayah kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar