Senin, 28 Juni 2010

Cerpen - penyesalan yang terlambat



Penyesalan yang terlambat

         Rasanya ingin sekali memutar waktu, andaikan saja aku bisa melakukannya. Aku ingin mengulang waktu-waktu yang telah aku sia-siakan selama ini. Aku belum sempat membahagiakan kedua orang tuaku sendiri, bahkan aku juga belum sempat memberikan kebanggaan terhadap mereka. ”Rina” begitulah biasanya aku disapa. Aku adalah seorang anak yatim piatu, kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan mobil sewaktu aku masih berumur 3 tahun.
        Kini aku baru tahu betapa besar kasih sayang mereka yang rela mengorbankan nyawanya sendiri demi menyelamatkan aku pada saat kecelakaan tersebut. Sejak kejadian tersebut aku diasuh oleh seorang tetanggaku, tetapi aku tidak pernah mendapatkan kebahagiaan dari mereka. Aku ingin bersekolah seperti anak-anak yang lainnya, aku ingin mengejar cita-citaku sejauh mungkin, aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku walaupun mereka sudah lagi tidak bersamaku.
        Ingin rasanya ku putar kembali waktu yang indah itu. Aku ingin melihat wajah mereka, memeluknya dengan erat, dan melewati waktu bersama. aku lupa akan wajah mereka, aku sama sekali tidak pernah melihat wajah mereka, bahkan aku juga tidak memiliki satu fotopun dari mereka. Hanya kalung perak yang bertuliskan namaku yang terus kusimpan. 
        Aku ingin tumbuh seperti yang lain, bukan hanya menjadi seorang penyemir sepatu jalanan yang tak jelas arah dan tujuannya. Dikalau ada keramaian seringkali aku meminta belas kasihan dari mereka, aku merayu sekuat tenagaku hanya demi sesendok nasi putih. Ada rasa iri setiapa kali aku melihat teman-teman sebayaku yang dimanja oleh kedua orang tua mereka, seandainya saja aku menjadi mereka. Tak mungkin aku sia-siakan kesempatan itu, aku melihat banyak sekali permintaan yang terucap dari mulut mereka tetapi orang tua mereka tidak pernah menolaknya.
        Ingin rasanya aku bersekolah dan dapat membahagiakan orang tuaku yang telah pergi meninggalkan aku sebatang kara. Seandainya mereka ada disini aku ingin memeluknya, mengecup keningnya, tertawa bersama, dan berkumpul seperti anak-anak yang lainnya. sering aku bertanya pada diriku sendiri, ”mengapa aku harus ditakdirkan dengan tidak memiliki orang tua ?” dan satu hal yang masih melekat kuat dibenakku adalah mengapa mereka harus meyelamatkan diriku sewaktu kejadian tersebut, sampai-sampai mereka tidak memperdulikan keselamatannya sendiri.
        Setiap malam aku berdoa agar suatu saat nanti aku dapat bertemu dengan orang tuaku. Rasanya dunia ini benar-benar tidak adil, mengapa mereka yang masih memiliki orang tua yg lengkap menyia-nyiakan kesempatan tersebut ? bahkan bukan hal yang aneh lagi jika banyak yang membentak, memukul, serta menyalahkan orang tuanya sendiri bila ada sesuatu yang kurang ataupun salah.
        Apa salah jika aku ingin bahagia ? mengapa aku ditakdirkan untuk hidup seorang diri yang tak jelas arah dan pikirannya.
Setiap hari aku lalui hari-hariku dengan kesedihan, melihat kebahagian orang lain yang begitu besar, tetapi aku malah menangis. Jika memang aku harus menjalani hidup tanpa kasih sayang dan kebahagiaan, jika memang aku harus hidup tanpa menginjak bangku sekolah, jika memang aku tidak berhak hidup seperti mereka, dan jika aku harus hidup dengan mengandalkan profesi sebagai seorang semir sepatu, aku rela menerima semuanya. Aku hanya memiliki satu keinginan yang selalu aku dambakan yaitu melihat wajah kedua orang tuaku.
        ”Teman”tentu saja kata itu tidak pernah lepas dari hidup manusia. Banyak sekali yang berkata bahwalah aku ini seorang ”anak haram” apa mereka tidak tahu bagaimana perasaanku jika mereka mengolok-olok diriku dengan sebutan itu. Aku menangis setiap kali mereka mengucpkan kata-kata itu, aku memang bukan orang yang hebat, tetapi aku juga tidak ingin dilontarkan perkataan seperti itu.
        Tidaklah kalian yang masih memiliki orang tua yang lengakap dan orang tua yang akan selalu memenuhi kebutuhan yang kalian inginkan. Apa bila suatu saat mereka pergi untuk selamanya dan meninggalkan kalian sebatang kara seperti ku apa kalian sudah sempat membahagiakan mereka ? apakah kalian sempat memberikan suatu kehormatan kepada mereka ? apakah kalian sempat memkbalas pengorbanannya ? dan apakah kalian sudah sempat meminta maaf kepada mereka ? ”aku hanya ingin kalian menyadari anugerah terbesar yang telah kalian miliki bukan hanya dapat mengolok-olok orang lain yg sudah menjadi yatim piatu”.
        Aku ingin membuktikan kepada dunia bahwalah aku pantas menjadi yang terbaik walaupun tanpa kehadiran sosok yang paling berharga dalam hidup manusia. Aku juga ingin memberikan sutu kebanggaan untuk mereka walaupun aku sudah tidak dapat memberikannya secara langsung. Tapi aku sungguh ingin mempersembahkan segala yang terbaik untuk mereka walaupun kami tidak mungkin pernah bertemu kembali, tapi aku yakin mereka bangga kepadaku.
        Aku hanya memiliki satu pesan untuk semua orang yang telah menyia-nyiakan kesempatan beharga dalam hidup kalian,” coba  renungkan seandainya kalian menjadi seorang anak jalanan yang terdampar dijalan, jika seandainya kalian membentak orang tua kalian, kalian pikir apakah hal itu pantas kalian berikan untuk orang yang telah mengandung dan melahirkan, hingga merawat kita sampai saat ini. Lalu kalian melawannya dengan kata-kata kasar, dan tiba-tiba mereka pergi begitu cepat disaat kalian belum meminta maaf kepadanya, disaat kalian belum sempat mencium tangannya untuk selamanya, apa yang akan kalian lakukan ? ”.
        Itulah hal yang aku alamai selama bertahun-tahun lamnya, aku lupa akan wajah orang tuaku sendiri, penyesalanku yang mungkin dulu sering membuat orang tuaku bersedih.kini tak mungkin lagi aku dapat melontarkan kata ”maaf” kepada mereka.
Untuk selamanya. Bahkan demi menyelamatkan aku mereka
meninggal dunia. Tuhan, jika memang ini adalah takdirku aku akan menerimanya, tetapi aku hanya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan maaf kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar